Kemarin, secara resmi Pemerintah mengumumkan bertambahnya jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia. Semula 19 kasus menjadi 27 kasus. Namun, dari ke-27 kasus tersebut, kasus ke-27 mengundang perhatian banyak pihak.
Kasus ke-27 disebut-sebut sebagai transmisi lokal, tanpa ada riwayat keluar negeri, tanpa ada riwayat kontak dengan orang asing dan kasus-kasus lain yang sudah terkonfirmasi. Ini mengundang banyak pertanyaan. Salah satunya, bagaimana caranya pasien ini tertular?
Kasus ke-27 ini bisa jadi membuat suatu analisis banyak kalangan tentang adanya virus ini di Indonesia sebenarnya sudah ada sebelum kasus pertama terkonfirmasi. Namun, bisa jadi mereka yang membawa virus ini adalah orang-orang yang tidak menunjukkan gejala atau gejala ringan saja.
Di berbagai pemberitaan, seperti kita tahu, dari kasus pertama terkonfirmasi di China sampai penerbangan dari China ditutup pada 5 Februari lalu, diperkirakan ada lebih dari 100.000 penumpang masuk ke Indonesia. Dan bahkan setelah ditutup pun, hingga 8 Februari, masih ada laporan turis China masuk ke Indonesia.
Kondisi di atas jelas menimbulkan kekhawatiran meski pada saat itu berbagai hipotesis yang menyebutkan Indonesia kebal, dll berseliweran.
Pertanyaannya kemudian, akankah kasus ke-27 ini menjadi ledakan seperti pasien ke-31 di Korea Selatan?
Kita tentu saja berharap tidak. Belajar dari Korea Selatan, mereka tidak menakutkan angka pasien bertambah. Dengan cekatan, Pemerintahnya turun ke jalan bahkan, "mencari" virus di tubuh manusia. Hingga sekarang, beberapa hari setelah pasien ke-31, jumlah penderita Covid-19 di Korea Selatan mencapai 7745 orang.
Daripada virus tersebut diam-diam menyebar, Pemerintah Korea Selatan mengetes warganya dengan cepat.
Apakah Indonesia bisa melakukan hal serupa? Tentu dari segi sumber daya itu sangat sulit dilakukan. Kit baru hanya berjumlah 10.000 dibanding jumlah warga Indonesia.
Menilik mayoritas kasus lainnya, barangkali Pemerintah perlu memusatkan penerbangan internasional, misal hanya di Jakarta dan Bali saja dan menerapkan pengawasan ketat di sana. Dengan banyaknya rute internasional, akan melemahkan fokus dan bisa jadi akan makin banyak kasus inpor yang tak terdeteksi.