Polemik soal Harley dan Brompton yang diselundupkan di pesawat Garuda seperti bara yang lagi panas-panasnya. Perbincangan itu membuka bobrok sang Direktur Utama, yang dibuka di akun-akun twitter oleh akun @kurawa dan @digeeembok. Akun-akun itu membeberkan banyak hal, bukan cuma soal Harley dan Brompton, tapi skandal pribadi yang melibatkan sang dirut.
Namun, tentu tak baik juga kita masuk ke ranah privat. Ingatan kita lebih baik melayang pada kasus-kasus lain yang mendegradasi Garuda, yang dulu sempat kita banggakan namun kini menuai banyak kritikan. Belakangan, penulis perjalanan ternama, Trinity Traveler pun mengkritik pelayanan Garuda yang sangat tidak memuaskan.
Kasus Laporan Keuangan Garuda
Buatku, seharusnya Ari Ashkara sudah dipecat di sini. Laporan Keuangan Garuda tiba-tiba saja untung, dari yang tadinya rugi. Sebenarnya harusnya senang ya kalau Garuda untung. Namun kebangetan banget, ada transaksi yang diakui sebagai keuntungan, padahal harusnya bukan.Â
Transaksi yang demikian oleh logika awam pun akan mengundang pertanyaan. Apalagi oleh dua komisaris Garuda waktu itu, Chairul Tanjung dan Doni Oskaria yang menganggap penyajian di dalamnya tidak sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).
Menutup Rute Penerbangan Jakarta-Armsterdam
Akun Kurawa sempat mencuit soal ini juga. Unggahan dalam berbahasa Inggris dari (yang katanya) pilot Garuda mengkritik kebijakan penutupan rute tersebut karena faktanya rute tersebut menguntungkan. Rute Baru dari Denpasar-Kualanamu-Armsterdam lahir karena memfasilitasi kepentingan pribadi sang dirut. Selain Armsterdam, rute yang ditutup adalah rute ke London.
Tidak boleh memfoto dan merekam di dalam pesawat
Adalah seorang seleb medsos, Rius Fernandes yang awalnya mengunggah foto kartu menu kelas bisnisnya Garuda. Rius mengkritik menu yang hanya berisi tulisan tangan di atas selembar kertas sambil menambahkan caption menunya masih di percertakan.
Kasus ini ramai sekali sampai-sampai Rius Vernandes sempat dilaporkan ke polisi, meski ujungnya damai. Setelah itu muncul larangan bahwa penumpang nggak boleh memfoto dan merekam di dalam pesawat.
Gimana warganet mau pamer naik Garuda yang jarang-jarang dinaikin karena mahal, coba?
Apapun itu, pemecatan sang dirut harus diapresiasi. Boleh nggak berharap, Bu Susi yang jadi gantinya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H