Apa kabar demokrasi?
Pertanyaan itu pasti akan membuat tersenyum geli.
Sambil mengenang 28 hari
di Castle Peak Bay, kau akan kembali
ke tanah air. Tapi tak ada yang menyambutmu
Sebab demokrasi di sini tak lebih sehat
Pers lebih suka mengagungkan orang kaya
Rapat anak muda berjam-jam untuk merumuskan Pancasila
Persatuan Indonesia didengung-dengungkan
Tetapi tanpa keadilan sosial
Sial betul, tapi wajahmu sumringah
Aku paham kau sudah simpan semua kesedihan
di dalam puisi, yang kautulis maupun kaubaca
Tetapi orang-orang tersengat
membaca puisi-puisimu
Kata-katamu meledak lebih hebat
dari granat, yang pagi ini meledak di hati penguasa.
Apa kabar demokrasi?
Pertanyaan itu klise. Lalu kau tersenyum geli
membayangkan seorang penulis atau lebih
Menuliskannya menjadi cerita pendek atau novel.
Laku.
Bangsa ini suka yang klise.
Sebab yang agung sudah dituduh radikal. Yang kritis dituduh pembangkang.
Ini seperti kau pergi ke sebuah taman
Seharusnya milik publik, tetapi---
Aku membayangkanmu tengah duduk di kursi pesawat
Melihat daratan dari atas sana
Lalu jari-jarimu gelisah, ingin menulis lagi
Namun, apa kabar demokrasi?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI