Kalau Felix Siaw dicekal karena sikapnya yang terang-terangan menjadi bagian dari Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), okelah alasannya. Namun kini, Hannan Attaki, yang dikenal dengan dakwah gaulnya di media sosial ikut-ikutan dilarang di Tegal oleh GP Ansor. Alasannya ceramah yang dilakukan Hannan Attaki provokatif sambil mencontohkan perkataan Hannan ketika menyebut Nabi Musa AS sebagai premannya para nabi (yang sebenarnya sudah selesai diklarifikasi).
Kegiatan bersama Hannan Attaki yang dijadwalkan berlangsung di Hotel Bahari Inn, Kota Tegal, Jawa Tengah, Minggu (7/7/2019) ini pukul 12.30 pun mendadak dibatalkan. Di sana ustaz Hanan hanya melantunkan Alquran surat Ar-Rahman dan berdoa. Setelah itu keluar.
Ustad dengan jutaan followers di media sosial itu lebih diterima oleh anak-anak millenial. Pembawaannya santai. Hanan Attaki kerap memilih menggunakan topi dan kaos yang dibalut dengan jaket.  Kata-katanya gaul kekinian ala anak muda jaman sekarang. Cara dakwahnya di medsos juga asik dengan memaksimalkan fungsi  video teks. Hal itulah yang dekat dengan anak muda masa kini inilah yang membuatnya digemari kaum milenial.
Narasi surat keberatan kedatangan Hanna Attaki mengisi pengajian di Tegal itu pun dijelaskan bukanlah sebagai pembubaran acara. Menurut Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor Yaqut Cholil Qoumas, GP Ansor Kota Tegal sama sekali tidak pernah atau melakukan pembubaran acara pengajian Hanan Attaki. Perlu diluruskan dan diketahui, GP Ansor Kota Tegal hanya melayangkan surat keberatan atas acara yang akan dihadiri Hanan Attaki kepada Polres Tegal. Lebih lanjut, ia mengatakan akan  memberikan teguran kepada pengurus cabang GP Ansor Tegal  karena sikap yang diambil tanpa komunikasi dengan struktur di atasnya.
Ya, selain menyebut Nabi Musa sebagai premannya para nabi, Hannan Attaki pun pernah mengatakan perempuan yang masuk surga beratnya di bawah 55 kg. Kalimat-kalimat yang sebenarnya metaforis dan kontekstual, namun mudah disalahpahami karena diambil sebagian.
Diksi yang kurang tepat itu seharusnya tidak menjadi alasan untuk menjustifikasi. Ada banyak cara lain yang lebih elok.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H