Mohon tunggu...
Pringadi Abdi Surya
Pringadi Abdi Surya Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan kreatif

Lahir di Palembang. Menulis puisi, cerpen, dan novel. Instagram @pringadisurya. Catatan pribadi http://catatanpringadi.com Instagramnya @pringadisurya dan Twitter @pringadi_as

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Apa yang Salah dari "Alfateka"?

9 Oktober 2018   09:15 Diperbarui: 9 Oktober 2018   10:22 5042
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi saat membuka MTQ. (Sumber: Kemenag.go.id)

Kanthi asmanipun Gusti Alloh, kanjeng nabi Muhammad, kanthi karomahipun saidina ngali (ali), saidana kasan (hasan), saidina kusen (husain)....

Begitulah kira-kira bunyi tawassul Pangeran Diponegoro ketika hendak berperang yang termuat dalam Babad Perang Jawa. Pengucapan bunyi a menjadi ng seperti ali menjadi ngali, h menjadi k seperti hasan menjadi kasan lumrah dalam lidah orang Jawa. Lalu apa kata ngaji juga berasal dari pengucapan Jawa? Jawabannya iya. 

Namun, kasusnya berbeda. Ngaji berasal dari kata sanga (nga) dan aji (ji). Ngaji berarti memusatkan sembilan lubang pada diri manusia 2 lubang mata, 2 lubang hidung, 2 lubang telinga, 1 lubang mulut, 2 lubang di bawah yaitu anus dan kelamin untuk mendengar, menelaah, dan mengamakkan ilmu hanya karena Allah SWT.

Hari-hari kemarin, media sosial meributkan sebuah video yang menyebutkan suara Jokowi saat melafalkan "Alfateka". Ramai-ramai orang merisak beliau sampai ada yang mengatakan pengucapan "Alfateka" adalah bukti bahwa beliau bukan orang Islam. 

Saya tidak mau membahas apakah video Presiden saat membuka MTQ ke-27 di Medan itu hoaks atau bukan, karena pagi ini muncul juga video bantahan yang memunculkan suara asli yang mengucapkan "Alfatiha". Namun, pengucapan "Alfateka" adalah lumrah diucapkan orang-orang Jawa zaman dulu (dan masih ada juga sekarang).

Sebagai cucu dari transmigran, kakek saya yang kerap menjadi imam salat ketika saya kecil juga melafalkan demikian. Bahkan, ada yang melafalkan hanya "Pateka". Bahkan kata 'alamin dan amin juga diucapkan menjadi ngalamin dan ngamin. Dialek seperti itu sulit diubah meski bapak saya kerap mengingatkan beliau soal pelafalan.

Salahkah Pelafalan yang Keliru Itu?

Coba bayangkan beberapa kondisi ini terjadi pada beberapa orang dewasa:

1. Tidak mau baca Alquran
2. Tidak bisa baca Alquran
3. Mau membaca Alquran dengan kemampuan membaca huruf hijaiyah yang pas-pasan
4. Mau membaca Alquran dengan kemampuan makhroj yang kurang memadai
5. Mau membaca Alquran dengan kemampuan tajwid yang kurang memadai
6. Mau membaca Alquran, tartil, memahami arti dan maknanya
7. Mau membaca Alquran, tartil, memahami arti dan maknanya, menghapal, serta mengamalkannya.

Tentu, kondisi paling sempurna adalah kondisi ke-7. Pahalanya luar biasa.  Menuju kondisi ke-7 terang saja butuh proses yang tidak instan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun