Suatu hari, seorang teman pernah memisuh manakala timnas Indonesia lagi-lagi kalah di final pertandingan sepakbola. "Itulah kita ini, bangsa bermental tempe! Kalah melulu!"
Dengan segera saya menyanggah. Mental tempe sebagai metafora dengan konotasi negatif itu adalah metafora yang lemah. Pasalnya, sifat yang dimetaforakan adalah dari sisi lembeknya saja atau garingnya saja. Tempe justru adalah makanan yang banyak mengandung manfaat bagi tubuh.
Sebagaimana kita tahu, tempe dibuat dari kacang kedelai. Kacang kedelai adalah salah satu sumber protein nabati terbaik bagi  tubuh. Kedelai termasuk makanan padat gizi karena mengandung selenium, mangan, magnesium, kalsium, vitamin B6, folat, dan asam lemak omega-6. Dilansir di sebuah situs kesehatan, tempe memiliki tak kurang dari 65 manfaat bagi kesehatan di antaranya berfungsi untuk menurunkan kolestrol jahat, mengurangi resiko kanker, menurunkan tekanan darah, dan lain-lain.Â
Kita mungkin tidak tahu bahwa penemuan tempe adalah sumbangan penting orang Jawa ke dunia ini. Tingginya kandungan protein di dalam tempe dalam sejarah tercatat dapat menyelamatkan masyarakat dari kelaparan. Termasuk tawanan perang Belanda pada masa perang Dunia II pada masa pendudukan Jepang. Salah seorang tawanan bernama Roelofsen meniru pribumi dalam membuat tempe dari kedelai. Tempe itu memegang peranan penting karena tawanan Belanda bertahan dari rasa lapar.
Kedelai Tak Cuma Tempe
Sadar betapa bermanfaatnya kacang kedelai, berbagai makanan olahan kedelai lain bermunculan. Dikemas secara modern pula. Satu produk yang baru-baru ini jadi favorit saya adalah Soyjoy Crispy. Soyjoy Crispy menarik karena ia dibuat dari kedelai utuh yang dipanggang. Saya yang hobi traveling kerap membawa Soyjoy Crispy sebagai penahan rasa lapar. Soalnya, di gunung, di hutan, kan tidak ada yang menjual makanan.
Jadi, saya makan Soyjoy Crispy karena kandungan serat dan proteinnya yang tinggi dapat membuat kita tahan lapar lebih lama. Pertimbangan kedua, karena saya gemuk... saya mencari camilan yang membantu menjaga gula darah. Manisnya pas. Tidak suka yang begitu manis-manis.
Mengejutkannya, anak saya yang kecil, berumur 15 bulan, juga suka makan Soyjoy Crispy. Saya pikir tak apa memberinya karena ini adalah snack sehat.Â
Minggu lalu, ketika kami ke Curug Goa Lumut di Gunung Bunder, setelah sebelumnya treking ke Curug Pasir Reungit, berenang di kedua curug tersebut, perut mendadak lapar. Untungnya saya tak lupa membawa Soyjoy Crispy. Seperti di foto, anak saya yang kecil langsung minta. Kakaknya yang berusia 6 tahun juga tak kalah mau berebut dengan kami berdua.Â
Barangkali, selain karena kami sekeluarga sudah biasa makan olahan keledai mulai dari tempe maupun Soyjoy susu kedelai, Soyjoy Crispy punya rasa vanila yang pas. Buat anak-anak rasa vanila ini menjadi magnet tersendiri. Minum susu pun mereka rasa vanila.
Sepertinya sih, saya akan terus membawa Soyjoy Crispy ini kemana pun saya traveling. Terutama kalau ke tempat-tempat yang membutuhkan treking atau menguras energi untuk mencapainya, saya siap untuk membawa Soyjoy Crispy banyak-banyak. Bukan cuma buat dihabiskan sendiri, tapi dibagi juga ke anak-anak. Pokoknya mah Soyjy Crispy seru sebagai peneman liburan keluarga.