I.
Tuhan datang ke Wapres Bulungan. Ia duduk di pojok kanan. Beliau diam saja, "Tidak ada puisi, tidak ada pembicaraan!" tegasnya.
Bulan berikutnya, Tuhan datang lagi. Kali ini saya tampil baca puisi. Saya grogi, bayangkan, pertama kalinya saya naik panggung, Tuhan hadir jadi penonton. Saya memegang pelantang, "Terima kasih kepada Om Yo yang sudah memberi kesempatan. Terima kasih juga kepada Tuhan yang sudah datang jauh-jauh jadi penonton."
Â
II.
    Saya merindukan Tuhan. Sudah berbulan-bulan Tuhan tak datang. Apa karena tersinggung, saya tidak membacakan puisi untuk Tuhan, malah untuk perempuan?
    "Om, tahu kabar Tuhan?" tanya saya ke Om Yo.
    "Tuhan yang mana nih?"
    "Tuhan yang datang pas saya baca puisi itu lho."
    "O, mungkin dia nggak tahan asap rokok. Besok tak pasang AC deh, biar jadi bebas rokok."
III.