9 Maret 2012, Saat Pertama Kudengar Tangisanmu
Hujan semalam telah berlalu, matahari sudah mengintip perlahan, yang tersisa hanyalah remah-remah kristal sejuk bercampur embun dedaunan pagi.
Kilau cahaya-nya membiaskan cahaya pada kristal-kristal yang mulai mencair. Memantulkan segaris warna keperakan, hanya sesekali, tampak seperti sebaris jaring laba-laba, bersandar manja diantara dua kuntum mawar.
Kemilaunya tak menampakkan kalau rintik hujan sempat membelainya semalam.
Aku menatap keluar dari jendela kamar rumah sakit tempatku tidur semalam, waktunya sudah tiba!
Suster mulai masuk kamarku, mengetes detak jantung bayi dalam kandunganku. Tak terkecuali tekanan darahku pun diperiksa. Bajuku mulai diganti dengan baju operasi.
Saat aku mulai didorong menuju ke ruang operasi, gelombang perasaan takut dan bergairah bercampur menjadi satu. Takut membayangkan akan menjalani operasi besar, apakah semua akan berjalan baik, apakah team dokter operasi ini akan handal dalam melakukannya? Tapi dilain sisi bergairah juga membayangkan sebentar lagi akan bertemu dengan anak pertamaku yang selama ini aktif sekali menendang-nendang perut bundanya, seperti apakah wajahnya? Mirip siapakah dia, mirip ayahnya atau bundanya?
Dengan begitu banyaknya pertanyaan yang berkecamuk di otakku saat ini, aku mulai tersenyum kecil, ah nggak usah terlalu banyak berpikir, sebentar lagi aku akan menjadi seorang bunda, apa yang aku takutkan?
Perlahan-lahan aku mulai rileks, bahkan bisa bercanda dengan dokter anestesi. Team operasi sudah siap, operasi pun dimulai.
Detik-detik aku lewati dengan tenang, sampai akhirnya suara yang kunanti-nanti itu terdengar indah sekali di telingaku. Ya, suara tangisan Reinhart, anak pertamaku!
Dengan sabar aku menanti dia selesai dibersihkan, saat Reinhart didekatkan untuk aku melihat wajahnya, tanpa terasa airmataku turun, kukecup keningnya sambil bersorak dalam hati, ya Tuhan terima kasih atas anugerah-Mu ini, Kau telah menitipkan malaikat kecil dalam hidupku!
***
12 Maret 2012, Ada Apa Denganmu, Pangeran Hatiku?