Senja. Segelas susu hangat. Lamunan. Tiga hal yang setia menemaniku akhir-akhir ini. Aku tak tahu sejak kapan senja memiliki pesona tersendiri padaku. Apakah sejak munculnya titik-titik air bagaikan taburan liontin, memberikan nuansa bening bercampur jingga penghias senja. Sebuah komposisi warna yang indah di langit sana. Ataukah karena seorang putra hujan, yang selalu mengingatku hanya disaat hujan turun, mengusikku dan membawaku kedalam lamunan dengan segelas susu hangat. Yah! Karena tiap mengingatnya hanya membuat hati terasa hangat, seperti tubuh terasa hangat setelah meminum segelas susu. Ah... Tapi mengapa senja ini hanya ada nuansa jingga, kemana beningnya taburan liontin air? Sepertinya sekarang aku harus mulai berpikir untuk menjadi seorang penemu, penemu mesin penenun hujan. Karena hanya itulah satu-satunya cara supaya putra hujan mengingatku kembali. *18 Mei telah terlewati, mencoba untuk kembali menulis fiksi*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H