Pertama melihatnya aku mengira seseorang pasti tak sengaja meninggalkannya disini. Mungkin karena dia terlalu terburu-buru. Atau mungkin dia tidak suka dengan pilihan temannya yang memilihkan green tea lattecinno padahal dia sukanya caramel macchiato. Mungkin ini. Mungkin itu. Banyak kemungkinan bermain di benakku. Dan anehnya, itu tidak membuatku curiga sama sekali. Sampai seorang teman kantorku yang mendengarkan cerita ini, mengatakan sesuatu.
“Ingat Put. Nggak ada yang namanya kebetulan di dunia ini. Apalagi kebetulan menemukan satu botol kopi kesukaanmu tiap sore saat kamu duduk di bangku kesukaanmu. Itu terlalu aneh untuk sebuah kebetulan.” Kata teman kantorku.
Hm... benarkah itu? Kalau ini bukan suatu kebetulan, lalu apa? Haruskah aku menjadi detective dan menangkap orang yang menaruh kopi itu disana? Sepertinya aku harus keluar kantor lebih cepat hari ini.
Bunyi sms dari ponsel menarikku kembali dari pusaran kenangan
“Christmas is near, share your wishes for Christmas and get 25% discount from our latest product.”
Sms promo discount seperti ini, seakan menjadi suatu bagian yang tak terlepaskan dari Natal. Mungkin inilah sebab kenapa Desember menjadi bulan paling konsumtif, dimana orang berlomba-lomba berbelanja untuk Natal. Anak kecil sampai orangtua, semua memadati mall, sibuk membeli hadiah Natal dan berselfie ria di spot photo yang dihias nuansa Natal oleh pihak mall. Ya, Natal memang selalu meriah dengan segala pernak-perniknya.
So... Putri... What is your wishes for this Christmas? Hm... Let me think.
Kalau dulu waktu masih kecil, aku suka menulis apa yang aku inginkan sebagai hadiah Natal di secarik kertas, setelah selesai aku akan menggulungnya dan menggantungnya di pohon Natal besar di taman perumahan dekat rumah. Meskipun setelah aku besar, aku baru mengetahui kalau ibuku mengikuti aku dari belakang setiap aku menggantungkan kertas permohonanku dan membacanya saat aku sudah berjalan pulang ke rumah. No wonder I always get what I want for Christmas!
Ah... Aku jadi ingat semangat kegembiraan masa kecilku. Haruskah aku ulang lagi semangat itu hari ini? Ya.. Sepertinya aku harus.
Tuhan, tolong jangan tertawakan diriku ya. Aku tahu ini mungkin kekanak-kanakan untuk menulis apa yang aku inginkan untuk Natal tahun ini. Karena aku tahu, aku bukan lagi Putri yang kecil, yang menginginkan rumah boneka dan isi didalamnya. Aku sudah dewasa Tuhan. Tapi Tuhan, aku ingin tetap punya sisi kanak-kanak dalam diriku, yang memiliki keyakinan tentang harapan yang terwujud kalau aku beritahukan padaMu dan memintanya dengan sungguh-sungguh dari dalam hatiku. Boleh kan Tuhan? Sekarang akan aku tulis apa permintaanku untuk Natal tahun ini. Aku ingin sahabatku kembali, sebab aku sudah menolak cinta, apa yang tersisa dariku bila sahabatku pun menghilang?