Mohon tunggu...
Princess Yustia
Princess Yustia Mohon Tunggu... lainnya -

perempuan biasa yang terus ber-pendidikan sebagai lentera hidup, menekuni bisnis sebagai rutinitas, dan berpolitik sebagai wujud keberpihakan (keadilan kebenaran dan kejujuran).

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Air Mata Rindu dan Doa

26 November 2013   11:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:40 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1385441625159903894

Jika aku tau itulah terakhir kalinya kumelihatmu

Takkan aku berlalu dari pandanganmu...

Jika aku tau itulah terakhir kalinya kusentuh wajahmu

Takkan aku berhenti untuk membelaimu...

Jika aku tau itulah waktu terakhir kita bersama

Aku pasti meminta Tuhan untuk menghentikan waktu sesaat..

Sejenak, untuk mengenang masa kecilku yang indah...

Dibuai penuh kasih, Ditimang penuh manja

Sejenak, untuk sekedar dapat memelukmu lebih lama...

Tapi.....

Detik yang congkak itu berlalu

Dan terus menerus mengiris luka yang sudah tersayat

Melemparkanku pada ruang hampa tanpa belas kasih

Aku tau, semua akan kembali kepelukanNya...

Tapi saat ini aku ingin ada dipelukanMu.

Menyanyi dan membaca puisi bersama...

Membahas kucing kita yang lagi-lagi beranak dilemari...

Dan membenarkan pita merah putih dari seragam Pramukaku

Ayah...

Dalam sadar dan mimpi

Aku merindukanmu...

Rindu nyanyianmu yang tak merdu

Rindu gurauanmu yang menyatukan tawa kita berdua

Tadinya kupikir, waktu akan menjadi pengobat rindu...

Tapi tidak !!!

Semakin aku tersadar, memelukmu membentur alam

Tak dapat lagi aku menyentuhmu dalam siang

Tak dapat lagi kudengar suaramu dalam malam

Hanya tinggal pusaramu...

Dan air mata yang tak kunjung reda...

Kini...

Hanya do’a yang dapat menyampaikan pesan rindu

Rindu yang selalu menyebut namamu diatas sajadah

Rindu yang membuatku terus mengingat nasehatmu

Rindu yang tak pernah beku ditelan waktu...

Hingga akhirnya hanya ada doa dalam ucapku...

#dalam kerinduan yang teramat sangat

Jakarta, 26 November 2013

[caption id="attachment_280403" align="alignnone" width="333" caption="Papaku..."][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun