Mohon tunggu...
prince irgi
prince irgi Mohon Tunggu... -

Belajar dan terus belajar untuk sukses

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bohong

17 Januari 2011   12:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:28 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Aku tertarik menulis soal bohong membohong ini, masalahnya hampir semua tulisan yang ada bohongnya ramai-ramai dapat kunjungan silaturachmi para pembaca doa..eee salah pembaca yang suka bohong..salah lagi, pembaca yang budiman.

Ngomong-ngomong soal bohong aku ini akhlinya bohong kalau tak bohong sehari saja rasanya kaku lidah ini dan gatal seluruh batang tubuh seperti orang kudisan masaalahnya kalau aku tak berbonong sehari saja, dipastikan aku dan keluargaku tak akan bisa mendapatkan uang untuk belanja rumah tangga, dan tentunya tamat sudah riwayatku sebagai penjual obat kaki lima kata sahabat temanku disuatu hari. Mendengar itu aku hanya bisa tersenyum-senyum kecut.

Ketika berita tentang 9 kebohongan lama dan 9 kebohongan baru Pemerintah yang diungkap di tengah-tengah masyarakat yang memang tengah dilanda kegerahan akibat banyaknya peristiwa dan masalah krusial yang belum  bisa di tuntaskan di tengah carut-marut kehidupan masyarakat golongan bawah yang hanya bisa melihat kemewahan hidup para pemimpin yang seakan menari-nari dimata mereka, gejolak hatipun  memuncak dan merasa betul-betul di bohongi padahal sejak mereka mengerti dan pandai berbicara telah dicecoki dengan kata-kata bohong dan janji. Tak perlulah aku memberi contoh bagaimana cara orang tua  membujuk dengan kata-kata manis rayuan dan janji manis kalau kita sedang merajuk minta sesuatu yang tak bisa dia sanggupi saat itu. Yang lainnya berusahalah untuk mengingatnya sendiri.

Pada saat remaja dan mengenal cinta janji manispun terucap yang dibalas pula dengan janji serupa, semua manis tapi buahnya pahit, walau tak jua disangkali diantara 100 kebohongan ada 100 yang kebenaran. Setelah Dewasa bekerja kebohonganpun sering muncul, ada saja alasan untuk membenarkan perbuatan, ada saja alibi untuk membenarkan yang salah.

Setelah menikahpun begitu dengan isteri yang disayangi tak urung kita bohongi, apalagi dengan orang lain dalam pergaulan sehari-hari sebagai makhluk sosial dan makhluk pribadi  ditengah masyarakat, pastilah pernah berbohong baik itu menjelaskan sesuatu atau menceritrakan sesuatu, walau  kebohongan itu tidak merugikan orang tetap saja kebohongan karena tidak mengatakan yang sebenarnya itu sesungguhnya.

Aku sebenarnya tak ingin berbicara masalah 9 kebohongan yang lagi ramai-ramai di jadikan Topik minggu ini, karena aku menyadari aku manusia sempurna yang di ciptakan Tuhan punya pikiran dan akal yang tak mungkin kalau tak pernah bohong, maksudku aku pernah bohong, bukan pernah bahkan aku tak bisa menghitungnya lagi.

Aku tak mau mengatakan anda pernah bohong, karena aku tak pernah merasa anda bohongi, entahlah kalau anda dengan orang lain. Aku hanya bisa mengatakan menurut kata hatiku, pribadiku kalau kita semua sepaham bahwa yang disebut bohong itu adalah ucapan, perbuatan yang tidak sesuai dengan yang sebenarnya itu sesungguhnya , maka menurutku hanya orang bisu dan orang gila yang bisa di kategorikan jarang berbohong, kalau dia berbohong tak akan ada manusia yang dapat begitu saja mempercayainya jadi tak ada dusta antara kita dengan si bisu maupun si Gila.

Dan yang terakhir ini menurut kepercayaan saya yang diajarkan oleh orang tua saya maupun pernah saya dengar dari Guru Ngaji saya di kampung dulu bahwa yang tak berbohong hanya " Malaikat " apa anda sependapat.

Semakin banyak aku bicara akan semakin banyak yang keseleo dan bisa berimflikasi kebohongan sehingga aku batasi sampai disini dulu, aku berharap apa yang aku katakan adalah tidak benar dan hanya aku saja yang  pernah bohong karena terus terang hampir setiap minggu bahkan mungkin setiap hari aku bisa berbohong, seperti juga pura-pura sakit gigi karena terlambat masuk Kantor**

Kalau ada kata yang salah mohon di koreksi lebih kurangnya mohon dimaafkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun