Mohon tunggu...
Andhitya Widuri
Andhitya Widuri Mohon Tunggu... -

Tuhan tinggal dua hal..... 'bernafas dan menulis'

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Neverending story

27 Agustus 2011   10:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:26 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Chapter one -The Perfect Life- Aku adalah aku. Aku yang sempurna. Aku yang mempunyai segalanya. Aku yang berada di tengah keramaian. Aku yang merasa bosan. Aku yang ingin pergi dari semua ini. Aku yang ingin pergi dari daratan dan ranjang tuan putri yang membatasiku ini. Aku yang ingin merasakan samudra. Dan aku yang memutuskan untuk pergi. Chapter two -The Big Lost- Aku merasakannya. Bau samudra yang menyegarkan. Jauh dari daratan yang bising. Jauh dari kehidupanku yang dulu. Jauh dari kecukupan. Jauh dari ranjang tuan putriku yang hangat dan nyaman. Tanpa sadar aku semakin menjauh. Jauh dari daratan, terbawa gelombang sapuan angin badai. Saat reda, aku telah hilang di tengah samudra. Sungguh, di sini tak ada batasan, bebas. Tak ada apa-apa, hanya air dan awan dan aku. Chapter three -BLANK- Aku adalah aku. Aku yang merasa kosong, baik jiwa maupun ragaku. Aku yang tidak bisa merasakan apapun. Terombang-ambing gelombang kesana kemari dan mulai lelah dengan ketidakterbatasan ini. Chapter four -Learn To Smile- Aku mencoba memahami. Apapun itu, kekosongan, ketidakterbatasan, kesenangan karenanya. Tapi yang ada hanyalah rindu. Rindu pada daratanku yang dulu. Rindu pada ranjang tuan putriku. Rindu yang kian menyiksa, dan rindu yang membuatku harus beranjak pergi dari sini, samudra kekosongan ini. Pergi belajar untuk tersenyum kembali. Namun lebih susah dari yang kukira, karena aku tidak tahu di mana batasannya lagi. Chapter five -Still Searching- Aku adalah aku. Aku yang pernah jenuh dengan keterbatasan. Aku yang kukira akan menemukan hal yang paling berharga di samudra tak berbatas. Aku yang ternyata hanya mencari-cari ketiadaan. Aku yang ternyata sangat menyayangi ranjang tuan putriku. Aku yang pasti akan benar-benar tersenyum…. Entah kapan…….

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun