Mohon tunggu...
Muslimin Beta
Muslimin Beta Mohon Tunggu... wiraswasta -

Seorang pemulung ilmu yang tinggal di SWIS (Sekitar Wilayah Sudiang),Makassar. Penggemar Sepakbola, blogger, peneliti, aktivis NGO, punya bisnis jaringan dan seorang citizen reporter yang berafiliasi pada organisasi Aliansi Penulis-Pewarta Warga Indonesia (APPWI), www.appwi.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Takut Disadap Intel di Jejaring Sosial

28 Maret 2011   13:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:21 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Mengapa mesti takut sama Intel di jejaring sosial? Intel juga manusia. Mereka hanya menjalankan kewenangannya demi profesi dan juga untuk menafkahi keluarganya. Pengalaman bergaul dengan intel-intel kampus zaman Orde Baru justru menambah keakraban dengan aparat sandi negara itu. Bahkan tidak jarang, aktifis kampusnya banyak yang direkrut jadi agen intel untuk mematai-matai teman-teman sekampusnya.

Berkaitan dengan RUU Intelijen, sebenarnya tanpa dimasukkan dalam klausul pun secara praktek   intel sudah berjalan di jejaring sosial.  Para pengguna facebook, twiter, indoface, saya rasa  telah lama digunakan oleh banyak orang termasuk agen intelijen untuk memantau informasi publik. Jadi tidak perlu takut bila intel berada di jejaring sosial.

Sebenarnya yang perlu dimonitor dalam RUU Intelijen adalah akuntalibitas organisasi intelijen negara. Selama ini, organisasi intelijen hanya bekerja untuk pemerintah yang berkuasa sehingga tidak jarang kepentingan partai penguasa juga menjadi pekerjaan para intelijen. Padahal, keberadaan intelijen bekerja semestinya untuk kepentingan masyarakat banyak atas nama kepentingan nasional, bukan kepentingan pemerintah atau partai politik berkuasa. Maka tak jarang, ada isu aparat intelijen turut bekerja untuk memenangkan kandidat tertentu pada pemilu padahal seharusnya aparat intelijen harus netral dalam even-even politik pragmatis seperti itu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun