Mohon tunggu...
Muslimin Beta
Muslimin Beta Mohon Tunggu... wiraswasta -

Seorang pemulung ilmu yang tinggal di SWIS (Sekitar Wilayah Sudiang),Makassar. Penggemar Sepakbola, blogger, peneliti, aktivis NGO, punya bisnis jaringan dan seorang citizen reporter yang berafiliasi pada organisasi Aliansi Penulis-Pewarta Warga Indonesia (APPWI), www.appwi.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perayaan Maulid Khas Jeneponto

28 Februari 2011   03:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:12 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1298863200549392205

Seremoni perayaan Maulid atau Maudu khas etnik Makassar (Foto: Daeng Rompa)Peringatan Maulid Nabi bagi umat Nabi Muhammad Saw merupakan perayaan penting bagi umat Islam di seluruh dunia. Peringatan maulid yang umum dilakukan dengan menggelar ceramah agama yang mengangkat hikmah dari peringatan Maulid Nabi. Berbeda dengan di wilayah selatan jazirah Sulawesi yang banyak didiami etnik Makassar. Peringatan maulid yang disebut Maudu' menjadi peringatan yang wajib dilakukan pada semua anggota keluarga. Tak jarang keluarga yang bertempat tinggal dari daerah kelahirannya kembali berkumpul dengan sanak keluarga guna memperingati Maulid atau Maudu dengan cara menggelar seremoni tertentu yang disebut A'rate. A'rate adalah puncak perayaan Maulid atau Maudu di kalangan etnik Makassar. A'rate berisi pembacaan naskah pujian-pujian kepada Nabi Muhammad Saw yang ditulis oleh Syeh Al-Barzanji dengan mendendang. Meski naskah puji-pujian itu dalam bahasa Arab, cara pembacaan memilik cara tertentu dan hanya orang-orang yang terbiasa membaca naskah Barzanji yang bisa mendendangkannya. Cara mendendangkan seperti orang mengaji dengan suara keras bersama-sama. Ketika digelar A'rate, bakul-bakul yang disebut Baku Maudu sudah ditaruh pada rumah atau tempat tersendiri yang mirip dengan kerangka perahu beserta layarnya. Bakul atau kadang menggunakan ember berisi beras atau nasi yang sudah dimasak setengah matang beserta telur dan daging ayam goreng kering. Sementara pada bagian atas berisi Songkolo yakni beras ketan yang sudah dimasak. Bakul atau ember kadang diberi hiasan berupa sarung yang melilit pada bagian luar dari bakul atau ember. Kemudian bagian atasnya digantung telur-telur aneka warna pada kayu sepanjang 30 centimeter yang batangnya sudah dihias dengan kertas warna-warni. Demikian beberapa pengamatan sepintas dari peringatan Maulid atau Maudu yang digelar keluarga besar Lata Daeng Laju di Balang, Kecamatan Binamu, Jeneponto pada hari Minggu, 27 Februari 2011 kemarin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun