Mohon tunggu...
Muslimin Beta
Muslimin Beta Mohon Tunggu... wiraswasta -

Seorang pemulung ilmu yang tinggal di SWIS (Sekitar Wilayah Sudiang),Makassar. Penggemar Sepakbola, blogger, peneliti, aktivis NGO, punya bisnis jaringan dan seorang citizen reporter yang berafiliasi pada organisasi Aliansi Penulis-Pewarta Warga Indonesia (APPWI), www.appwi.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Lolos Dari Percobaan Penipuan

19 Juni 2012   02:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:48 1247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1340072408326200082

[caption id="attachment_195686" align="alignleft" width="300" caption="Ketika penipu itu menelpon, saya sedang didepan laptop"][/caption] Senin pagi 18 Juni 2012, sekitar pukul 10 telpon rumah berdering di rumah saya. Spontan anak saya Ayu yang mengangkat telpon. "Saya yang angkat, papa", ujar Ayu, anak saya yang bersiap-siap ke sekolah pada jam 10 pagi. Saya pun kembali konsentrasi didepan laptop saya. Saya tidak memperhatikan apa isi pembicaraan di telpon, dan tiba-tiba Ayu menyerahkan gagang telpon ke saya. Saya pun mengangkat gagang telepon itu. Di ujung telpon terdengar suara laki-laki, "Saya Herman, pak. Pegawai tata usaha baru di sekolah anak bapak," demikian kalimat pembuka. "Saya ingin memberitahukan bahwa anak bapak sedang sakit terjatuh di sekolah dan saat ini sedang dibawa ke rumah sakit." Seketika itu juga jantung saya berdegup kencang mendengar kabar dari seberang telpon. Saya pun langsung menanyakan siapa yang menemani anak saya. Jawabnya, "Anak bapak ditemani seorang guru. Namanya Ibu Dewi. No hp-nya: 085372987753". Dalam kondisi panik, saya langsung menelpon nomor ponsel yang Ibu Dewi untuk menanyakan rumah sakit tempat anak saya dirawat. Dengan suara menangis, suara perempuan yang mengaku bernama Ibu Dewi mengatakan bahwa dia sedang berada di ruang ICU RS Wahidin Sudirohusodo, Makassar. Anak saya sedang tidak sadar dan menderita sangat parah. Sejurus kemudian, orang yang mengaku Ibu Dewi itu memberikan gagang telponnya ke seorang lagi yang bernama dr Chandra. Sang dokter palsu tersebut mendeskripsikan kondisi anak saya "...Darah bercucuran dari kepala dan kalau tidak ditolong dalam waktu 20 menit, maka bisa geger otak. Agar anak saya bisa tertolong, maka satu-satunya jalan adalah memesan alat dari Kimia Farma dengan kode alat: xx2 B seharga Rp 11 juta. Untuk memesan harus menghubungi Prof Kuncoro di Kimia Farma dengan nomor HP 085341332177". Demikian petunjuknya dokter palsu tersebut. Tanpa menunggu lama, saya pun menelpon nomor hp yang diberikan yang bernama Prof Kuncoro di Kimia Farma. Kemudian mengarahkan saya agar mentransfer uang Rp 11 juta sebagai biaya alat dan obat yang digunakan. Uang ditransfer ke rekening atas nama Rudi Kurniawan di Bank Mandiri nomor rekening: 900-000-5455184. Setelah mentransfer, maka bukti transfer diserahkan ke seseorang yang bernama Prof Kuncoro di RS Wahidin, Makassar. Saya pun langsung menelpon istri yang sedang berada di Surabaya agar secepatnya mentransfer uang Rp 11 juta. Istri saya sedang sarapan pagi sepulang dari Bali pagi itu. Dia pun langsung panik mendengar kabar anak saya sakit parah dan beranjak menuju ATM yang tidak jauh dari tempat kostnya yang terletak di Kampus UNAIR Surabaya. Setelah itu, Tuhan menyadarkan saya agar melakukan cross check ke sekolah mengenai kejadian kecelakaan anak saya. Telpon sekolah SMAN 18 Makassar saya cari di ponsel saya lalu saya menghubungi pihak sekolah. Suara seorang perempuan mengangkat telpon saya. Lalu saya menanyakan kondisi anak saya yang kecelakaan. Jawabnya "tidak ada kecelakaan di sekolah". Lalu saya kembali menanyakan, "Apakah ada tata usaha baru yang bernama Herman di SMAN 18". Jawabnya, tidak ada. Maka saya pun tersadar bahwa saya sedang dikelabui oleh sekelompok PENIPU. Secepat kilat saya menghubungi istri di Surabaya agar tidak mentransfer uang yang diminta karena itu penipuan. Istri saya yang sedang berdiri di depan ATM Mandiri pun membatalkan niatnya mentransfer uang. Drama tersebut sempat membuat tensi darah saya meninggi. Setelah itu saya bermaksud menjebak kawanan penipu tersebut dengan meminta bantuan kepolisian. Saya pun beranjak ke Polsek Biringkanaya melaporkan kejadian percobaan penipuan. Namun respon para polisi tidak antusias. Salah seorang polisi cuma mengatakan akan melacaknya lewat IT setelah menyimpan nomor ponsel penipu itu yang saya berikan. Padahal saya ingin Polisi tersebut bersama saya ingin menjebaknya karena saya sudah janjian ketemu di RS Wahidin untuk menyerahkan bukti transfer bodong yang saya sudah siapkan. Dari pengalaman ini, semoga dapat menjadi pelajaran bagi saya dan semua yang membaca kisah ini. Agar hati-hati dan waspada setiap upaya penipuan dengan beragam cara.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun