Malam minggu dengan pertandingan big match, lebih seru ditonton dengan Nonton Bareng. Saya pun mencoba mencari tempat Nobar yang tidak jauh dari rumah di SWIS (Sekitar Wilayah Sudiang), Makassar. Sasaran pertama menuju Kafe Blogger di kawasan kota baru Tamalanrea. Namun tampaknya sepi-sepi saja. Saya pun beranjak ke target kedua: Warkop Phoenam di komplek Bumi Tamalanrea Permai (BTP), kawasan perumahan terbesar dan terluas di kawasan timur Indonesia.
Sesampainya di Warkop Phoenam, suasana nampak kurang ramai. Hanya lima orang netter yang sibuk mempelototi laptop masing-masing. Nampak televisi 29 Inci terpajang disisi kiri kasir menampilkan laga Jepang melawan Belanda. Saya terlewat sekitar lima menit laga yang sedang berlangsung sengit. Saya langsung mengambil tempat pada deretan tengah jejeran meja pengunjung yang kosong berhadapan lurus dengan layar televisi
[caption id="attachment_172506" align="alignleft" width="300" caption="Illustrasi"][/caption]
.
Sambil memesan capucinno panas dan roti bakar, saya menyaksikan kegigihan skuad Nippon mampu menghancurkan filosofi Total Football ala Belanda. Permainan tim Belanda tidak seperti pada laga awal melawan Denmark yang memainkan filosofi yang dibanggakannya dengan pressing ketat, umpan-umpan cepat dan penetrasi ke gawang lawan. Menit ke-5 Belanda memiliki peluang dari sepak pojok, namun pertahanan Jepang terlalu tangguh. Demikian pula peluang Sneidjer pada menit ke-9 melalui tendangan bebas melambung diatas mistar. Praktis 20 menit awal, Belanda tidak dapat menembus pertahanan ala skuad Nippon yang dikawal Seigo Narazaki.
Pada menit-menit akhir babak pertama, Belanda hanya mengandalkan tendangan-tendangan jarak jauh melalui kaki van der Vaart dan van Persie. Sementara Jepang meladeninya dengan menawan melalui serangan-serangan balasan. Hingga babak pertama berakhir kacamata.
Sambil menyeruput sesekali capucino panas, saya yang mengharapkan laga Jepang versus Belanda berakhir imbang agar keduanya bisa melenggang ke babak knock out. Namun harapan saya tidak terbukti. Pada menit ke-53, Sneidjer memecahkan gawang kiper Seigo dengan tendangan geledeknya dari luar kota penalti. Tendangan keras tidak mampu dibendung sang kiper meski posisinya sudah tepat untuk menghalau bola.
Jepangpun bangkit untuk membalas. Tiga menit setelah kebobolan, pasukan Samurai Biru - julukan lain timnas Jepang - nyaris menyamakan kedudukan. Namun Okubo yang sudah berhadap-hadapan dengan kiper Belanda, Maarten Stekelenburg tak mampu menjebloskan bolanya ke mulut gawang. Jepang pun mencoba peruntuntungan dengan memasukkan Nakamura pada menit ke-64 menggantikan Mitsui, namun hanya sanggup merubah ritme permainan menjadi penguasaan Jepang.
Meski kalah tipis dari Belanda, saya berharap Jepang bisa menaklukkan Denmark untuk bisa lolos ke putaran 16 besar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H