Mohon tunggu...
Muslimin Beta
Muslimin Beta Mohon Tunggu... wiraswasta -

Seorang pemulung ilmu yang tinggal di SWIS (Sekitar Wilayah Sudiang),Makassar. Penggemar Sepakbola, blogger, peneliti, aktivis NGO, punya bisnis jaringan dan seorang citizen reporter yang berafiliasi pada organisasi Aliansi Penulis-Pewarta Warga Indonesia (APPWI), www.appwi.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Multipolaritas: Ekonomi Global Baru

15 Juni 2011   04:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:30 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_116868" align="alignright" width="280" caption="Mansoor Dailami dari Bank Dunia ketika berada di Kampus UNHAS (Foto: Abdiwan)"][/caption] Guna menambah wawasan tentang isu ekonomi global, saya menghadiri sebuah acara bertajuk Global Development Horizon 2011 dengan tema "Multipolarity: The New Global Economy" di gedung Ipteks Univeristas Hasanuddin, Makassar, Selasa (14/6/2011). Hadir dua orang ekonom Bank Dunia yakni Mansoor Dailami dan Jamus Lim. Pada pemaparan makalahnya, negara-negara berkembang akan menjadi pemeran kunci di dunia multipolar. Multipolaritas adalah adanya lebih dari dua kiblat pertumbuhan global dalam waktu yang sama. Kiblat-kiblat pertumbuhan  adalah negara yang mendorong pertumbuhan global berdasarkan ukuran, dinamika, dan hubungan dengan negara-negara lain di seluruh dunia. Pada tahun 2025, negara-negara seperti Brazil, India, Indonesia, Korea dan Rusia akan setara dengan China dan negara maju sebagai pusat pertumbuhan global. Selanjutnya, multipolaritas adalah ciri ekonomi global baru. Peran perusahaan multinasional dari negara berkembang akan semakin penting sebagai sumber dan pendorong arus investasi global. Sistem moneter internasional akan beranjka ke arah sistem multi-mata uang. Orde ekonomi global baru mulai terbentuk dengan bergesernya pertumbuhan global dari negara-negara maju ke negara-negara berkembang. Indonesia diperkirakan akan bergabung dengan negara-negara pendorong pertumbuhan global pada tahun 2025. Kontribusi Indonesia terhadap pertumbuhan global yang kuat akan didukung oleh: pertumbuhan yang relatif dinamis, perekonomian yang berkembang, dan berlanjutnya keterbukaan ekonomi. Faktor-faktor ini akan memerlukan : kemajuan dalam reformasi institusional dan tata kelola; perbaikan TFP melalui adopsi teknologi dan realokasi faktor; tingkat investasi yang berkelanjutan terutama dalam sumber daya manusia; kebijakan makroekonomi yang baik. Kedua ekonomi Bank Dunia dalam akhir presentasinya memberi tiga kesimpulan: Pertama, struktur ekonomi global pasca perang yang didefinikan oleh posisi dominan negara maju sedang mengalami perubahan fundamental. Kedua, globalisasi pesat dan tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dalam pasar ekonomi yang berkembang akan menjadi pengaruh perekonomian yang lebih besar bagi negara-negara berkembang. Ketiga, perubahan kearah multipolaritas akan menjadi hal yang sangat positif bagi negara-negara berkembang, namun transisi ini perlu diatur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun