Mohon tunggu...
Muslimin Beta
Muslimin Beta Mohon Tunggu... wiraswasta -

Seorang pemulung ilmu yang tinggal di SWIS (Sekitar Wilayah Sudiang),Makassar. Penggemar Sepakbola, blogger, peneliti, aktivis NGO, punya bisnis jaringan dan seorang citizen reporter yang berafiliasi pada organisasi Aliansi Penulis-Pewarta Warga Indonesia (APPWI), www.appwi.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

PSM Takluk Dari Tim Ayam Sayur Bogor Raya

20 Maret 2011   08:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:37 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Laga PSM Makassar melawan Bogor Raya FC pada Sabtu sore (19/03/11) berakhir dengan skor 2 - 0 bagi tim tuan rumah Bogor Raya pada lanjutan Liga Primer Indonesia. Sebagai tim baru, Bogor Raya mampu menumbangkan PSM sebagai klub sepakbola mapan yang telah menorehkan banyak prestasi pada Stadion Persikabo, Kabupaten Bogor. Pada babak pertama, tim yang dilatih John Arwandi sudah unggul melalui gol cantik. Babak kedua menambah satu gol lagi pada menit-menit akhir pertandingan. Tim Bogor Raya sebagai "tim ayam sayur" diluar dugaan mampu menumbangkan PSM Makassar yang bermain tanpa greget. Para pemain PSM seakan sekedar melakoni pertandingan tanpa target untuk menang. Pelatih PSM Wilhelmus (Wim Rijsbergen) harus mengevaluasi secara komprehensif para pemain yang diturunkan di Stadion Cibinong, Bogor. Para pemain PSM sebagai pemain profesional tidak berlaga layaknya pemain profesional yang berlaga untuk selalu menang. Bonus yang belum terbayarkan bukan penghalang untuk bermain yang terbaik. Demikian pula alasan non teknis seperti Hotel Papa Ho yang tidak nyaman sehingga pindah ke Hotel Sempur Park. Pemain profesional pada liga profesional seperti LPI pada prinsipnya, kemenangan adalah tujuan setiap pertandingan. Demikian pula bagi Manajemen PSM perlu mengevaluasi pelatih PSM Wilhelmus karena membiarkan timnya dikalahkan secara mudah dari tim baru. Wilhelmus terlambat mengantisipasi dengan penggantian pemain pada saat posisi tertinggal. Nanti pada tertinggal 15 menit pertandingan (menit ke-75) baru mengadakan penggantian pemain. Padahal seharusnya sejak menit-menit pertama babak kedua pelatih sudah perlu mengevaluasi timnya untuk menyegarkan permainan dan mengejar ketertinggalan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun