Mohon tunggu...
PriMora Harahap
PriMora Harahap Mohon Tunggu... karyawati -

Female. Just an ordinary people and resident of Jakarta who loves and interested in writing, singing, dancing, reading, playing piano, listening to the music (especially classic & jazz), art & culture, social, economic, politic, finance and learning new things more interesting.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pintar, Keren, Tampan, Populer, Kaya?? – Belum Cukup!!

9 Juli 2014   10:43 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:54 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Catatan ini hanya dimaksudkan untuk memberi sedikit pemahaman mengenai karakter sesungguhnya yang diperlukan dari seorang pemimpin bangsa.Terlepas dari siapapun nanti kandidat capres-cawapres yang akan terpilih, sejauh telah memenuhi kriteria karakter yang memang dibutuhkan bangsa ini dan terpilih melalui cara-cara yang beradab, berbudaya dan berakhlak, maka diharapkan para pemimpin negeri ini mampu membawa seluruh rakyat – tanpa kecuali – ke arah yang jauh lebih baik.

Sepanjang masa kampanye pilpres yang baru berlalu, acap kita mendengar mereka yang menjadi tim sukses menggaungkan keunggulan karakter dari jagoannya. Ada yang menyerukan agar memilih kandidat dengan kriteria tampan, adapula yang menekankan pentingnya kekayaan dan tak jarang ketegasan dijadikan sebagai anjuran untuk memilih capres-cawapres. Lalu kriteria manakah yang sesungguhnya teramat penting bagi seorang pemimpin bangsa ?

Kriteria pintar memang perlu. Orang yang pintar, dapat diartikan memiliki bekal pengetahuan yang cukup, setidaknya dalam bidang yang digelutinya. Bukan hanya punya pengetahuan tapi orang sungguh-sungguh pintar seharusnya juga mampu untuk mengaplikasikan pengetahuannya. Tanpa bekal ilmu pengetahuan yang cukup, akan lebih sulit bagi seseorang untuk dapat menyelesaikan pelbagai masalah pelik.

Sudah tentu, ilmu pengetahuan tidak hanya melulu dapat diperoleh dari jenjang pendidikan formal. Bagi seorang Pemimpin maka pengalaman juga sangat diperlukan dalam menunjang kelancaran pelaksanaan tugas dan tanggungjawab yang diemban. Pengalaman akan mengajarkannya cara untuk menemukan solusi bagi setiap permasalahan yang dihadapi secara tepat guna. Tak jarang sulit untuk menentukan teori manakah yang diperoleh di jenjang pendidikan formal yang sesuai untuk menyelesaikan permasalahan di lapangan. Itu sebabnya seorang yang baru saja lulus dari bangku perkuliahan dengan sederet gelarpun tidak langsung diberikan tugas, wewenang, tanggungjawab dan kepercayaan yang besar, bila belum dilengkapi dengan pengalaman yang cukup. Diperlukan sentuhan pengalaman dalam penerapan ilmu pengetahuan yang tepat guna.

Begitupula dengan seorang kandidat Pemimpin Bangsa. Tugas dan tanggungjawab yang akan diembannya nanti tidaklah terbilang ringan. Jauh dari ringan. Permasalahan yang akan dihadapi juga tergolong berat. Tuntutan untuk memperjuangkan nasib rakyat dan masa depan negara akan dipercayakan ke pundaknya tatkala terpilih nanti. Sehingga pengetahuan dan pengalaman mutlak diperlukan oleh seorang Pemimpin negeri.

Terbayangkah bila seseorang tidak mengerti apa yang harus dikerjakannya, bagaimana cara menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya, darimana harus memulainya, bahkan tidak mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi karena ketidakmampuan mengenali dan menganalisa kondisi maupun permasalahan yang terjadi ? Tentu solusi yang diberikan hanya menjadi asal jadi, sekenanya saja, sekedar di permukaan, tidak menyentuh akar permasalahan, sehingga pada akhirnya tidak menyelesaikan permasalahan yang ada.

Lalu bagaimana dengan kriteria Keren, Tampan, Populer dan Kaya ? Oh, itu hanyalah bonus!!

Tidaklah berdampak fatal bagi kelangsungan sebuah negara bila seorang Pemimpin Bangsa tidak terlalu keren dalam penampilannya. Apalagi sekedar penampilan luar yang dapat dengan mudah dipoles oleh sejumlah perancang ternama yang demikian banyak dimiliki oleh negeri ini dan bahkan sudah tersohor hingga ke penjuru dunia. Kekayaanpun tidak menjadi cerminan karakter dan jaminan bagi ketulusan niat seseorang. Telah banyak contoh nyata disodorkan di hadapan kita, betapa mereka yang telah hidup bergelimang harta, di saat gaji yang diperoleh membumbung tinggi, bahkan kerap tak terbayangkan oleh kebanyakan masyarakat, namun tetap terjerumus ke jurang kenistaan dengan melakukan korupsi yang merupakan bentuk pendzaliman atas hak hidup rakyat negeri ini.

Sebaliknya, acap terdengar betapa seorang jelata dengan taraf kehidupan di bawah garis kemiskinan dengan suka rela mengembalikan temuan uang ratusan juta rupiah. Pemahamannya akan nilai-nilai kegamaan dan keyakinannya akan keberadaan Sang Maha Pemilik Kehidupan dan Semesta Alam telah menuntun nuraninya untuk selalu berlaku jujur.

Musuh terbesar manusia adalah nafsunya sendiri !! Kalimat bijak tersebut tidaklah pernah usang digerus zaman. Serakah, tamak, loba adalah sifat yang lazim bersemayam dalam diri setiap manusia, tak peduli seberapapun kaya rayanya.

Bagaimana pula dengan kriteria Kesantunan dan Ketegasan ? Tentu perilaku yang santun akan melengkapi gambaran seorang Pemimpin Bangsa yang ideal. Namun hanya sekedar santun tanpa disertai dengan etika dan ketegasan dalam bertindak hanya menghasilkan keputusan dan kebijakan yang tidak bijak dan tidak tepat guna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun