Mohon tunggu...
Prima Tama Setyasa
Prima Tama Setyasa Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wonderful Ploso: Gerakan Pengembangan Kampung Kota Surabaya Khas Warga Ploso

29 Juni 2017   09:18 Diperbarui: 29 Juni 2017   09:30 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dilema pemenuhan kebutuhan kawasan permukiman di Kota Surabaya saat ini adalah pada skala keterbatasan lahannya. Fenomena pertumbuhan penduduk yang pesat mengakibatkan peningkatan permintaan lahan untuk permukiman. Surabaya merupakan kota dengan jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia dengan 2.805.906 jiwa (Kemendagri, 2015). Aktivitas urbanisasi yang semakin hari semakin meningkat juga menambah kontribusi keterbatasan lahan. 

Proses Diskusi Masyarakat dengan Metode Social Mapping
Proses Diskusi Masyarakat dengan Metode Social Mapping
Permukiman perkotaan di Surabaya terus-menerus dipadati oleh para pendatang dan selanjutnya berkembang secara alami sesuai dengan persebaran penduduk yang masif dan sporadis. Permukiman kota yang masih memiliki karakteristik tradisional yang khas inilah yang disebut sebagai kampung kota, dan tercermin jelas pada Gang Ploso VII, Kelurahan Ploso, Kecamatan Tambaksari, Surabaya.
Pembuatan Landmark Kampung oleh Karang Taruna
Pembuatan Landmark Kampung oleh Karang Taruna
Gang Ploso VII adalah salah satu perkampungan tengah kota yang berada di Kecamatan Tambaksari, yang merupakan kecamatan progresif dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi di Surabaya (Kota Surabaya dalam Angka tahun 2016). Gang Ploso VII merupakan gambaran permukiman padat penduduk yang memiliki permasalahan cukup serius pada aspek utama permukimannya. Rapatnya bangunan dan minimnya ruang terbuka menyebabkan Gang Ploso VII menjadi perkampungan yang sibuk dan tidak rapi. 

Hal tersebut menyebabkan tingkat risiko terjadinya kebakaran di Gang Ploso VII menjadi cukup tinggi. Kondisi tersebut diperparah dengan adanya bencana banjir yang setiap tahunnya selalu menggenangi sebagian area kampung akibat tersumbatnya saluran drainase lingkungan karena sampah.

Jajanan Ploso Cookies Hasil Kreasi Masyarakat
Jajanan Ploso Cookies Hasil Kreasi Masyarakat
Meskipun Gang Ploso VII juga memiliki sejumlah potensi lokal yang khas, rendahnya kualitas bermukim di permukiman Ploso ini terjadi karena rendahnya kesadaran dan kepekaan masyarakat terhadap permasalahan dan potensi daerah tempat tinggalnya. Oleh karena itu, hal ini perlu mendapatkan perhatian lebih, sehingga diperlukan sebuah usaha yang terencana dan melibatkan seluruh masyarakat setempat. 

Program kreativitas mahasiswa berjudul "WONDERFUL PLOSO: Branding Kampung sebagai Optimalisasi Potensi OHOP (One Home One Product) Guna Mewujudkan Citra Kampung Kota yang Berkelanjutan di Gang Ploso VII, Kelurahan Ploso, Kecamatan Tambaksari, Surabaya" ini bermaksud untuk meningkatkan kualitas bermukim masyarakat melalui kegiatan edukasi dan diskusi, serta program-program yang bersifat aksi partisipatif masyarakat. Dengan menggunakan metode Participatory Rural Appraisal (PRA) dan One Village One Product (OVOP), diharapkan program WONDERFUL PLOSO dapat membantu dalam mewujudkan kondisi permukiman kampung kota yang berkelanjutan (sustainable kampung).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun