Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Secuil Kisah Isra' Mi'raj: Meneladani Keteguhan Iman Abu Bakar As Shiddiq

16 Mei 2015   08:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:55 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada suatu hari, di kala matahari mulai naik, seluruh warga kota Mekah digegerkan oleh berita yang ajaib dan mengejutkan. Ketika itu, Abu Jahal yang sedang bepergian untuk suatu keperluan, lewat di muka Ka'bah, tampak olehnya Rasulullah saw. sedang duduk sendirian di Masjidil Haram, berdiam diri dan asyik merenung.

Kemudian ABu Jahal mendekatinya dengan maksud akan mengganggunya dengan olok-olok dan penghinaan. Ia bertanya:
"Tak adakah lagi hal yang datang padamu tadi malam?"
Rasulullah saw. mengangkat kepalanya, lalu terjadi dialog sebagai berikut:

"Memang, saya telah diisra'kan ke Baitul Maqdis di Siria tadi malam".
"Dan sekarang kamu telah berada lagi diantara kita?" tanya Abu Jahal.
"Benar," ujar Rasulullah.

Abu Jahal tak dapat lagi menahan hatinya untuk berteriak seperti orang gila, serunya:
"Hai Bani Ka'ab bin Luai, kemarilah kalian....!"

Orang-orang Quraisy pun berdatangan dan satu sama lain saling berhimbauan. (Ketika itu Rasulullah saw. belum menyampaikan berita tentang Isra' kepada seorang pun diantara para sahabatnya).

Akhirnya orang-orang pun berkumpul dekat Ka'bah, sementara Abu Jahal menceritakan kepada mereka apa yang didengarnya dari Rasulullah dengan penuh semangat. Menurut dugaannya, datanglah sudah kesempatan yang baik, dimana orang-orang yang beriman kepada Muhammad akan berlarian meninggalkannya.

Salah seorang dari kaum Muslimin tampil ke muka dan menanyakan hal itu kepada Nabi:
"Benarkah anda diisra'kan tadi malam wahai Rasulullah?"
"Benar" ujar Rasulullah, "dan disana saya melakukan shalat bersama kawan-kawan para Anbiya"

Maka dikalangan masa yang sedang berkerumun itu menjalarlah perasaan yang menggelora dan campur aduk. Orang-orang musyrik bersuka cita karena mengyangka bahwa dengan berita ini akan berakhirlah riwayat Muhammad. Bahkan kebimbangan pun menyelinap di hati sebagian kaum muslimin.

Sementara itu, beberapa orang Quraisy datang ke rumah Abu Bakar dengan rasa gembira dan bangga, serta tak sedikit pun merasa bimbang bahwa mereka akan kembali dengan membawa seorang tokoh yang telah murtad dari agamanya.

Karena, bukankah Abu Bakar lebih mengetahu betapa sulitnya perjalanan dan lamanya waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak antara Mekah dan Siria? Apalagi bagi orang yang pergi lalu pulahg kembali dan mengerjakan shalat disana! Sedangkan menurut Muhammad, semua itu terlaksana hanya dalam beberapa jam saja.

Akhirnya, sampailah mereka ke rumah Abu Bakar, lalu berseru memanggilnya:
"Hai 'Atiq (panggilan Abu Bakar), semua urusan sahabatmua sampai saat sebelum ini masih enteng dan dapat dimaklumi. Tetapi sekarang, kemarilah dan dengarkanlah!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun