Sudah dua minggu pasca diterbitkannya Keputusan Menpora no 1037/2015 tentang pembekuan PSSI, nasib sepakbola Indonesia belum juga mendapat titik terang. Kemenpora dan PSSI masih saling adu kekuatan, saling menunggu siapa yang bakal kehabisan amunisi. Dan ditengah pertarungan tersebut, nasib dua timnas sepakbola Indonesia berada diujung tanduk.
Kemenpora seakan tidak menyadari, ada dua event internasional yang bakal dijalani oleh timnas Indonesia dalam waktu dekat. Pertama adalah timnas U-23 yang bakal tampil di ajang Sea Games Singapura 2015, mulai 29 Mei mendatang. Kedua adalah timnas senior yang akan tampil di ajang Pra Piala Dunia 2018 Zona Asia, mulai 11 Juni 2015. Dengan bayang-bayang sanksi FIFA dan kisruh antara Kemenpora dan PSSI, program kedua timnas ini seakan terabaikan.
Dalam SK tentang pembekuan PSSI, salah satu diktum memuat pernyataan bahwa timnas U-23 untuk Sea Games bakal dikelola oleh Satlak Prima KONI/KOI. Tapi, hingga menjelang satu bulan laga perdana timnas di Sea Games, hampir tidak ada kejelasan nasib timnas dibawah asuhan pelatih Aji Santoso tersebut. Bahkan untuk program training center, pelatih Aji Santoso hanya bisa bersikap pasrah. Aji Santosomengatakan, keinginannya untuk memulai Pelatnas sudah disampaikan terus menerus pada PSSI melalui BTN, bahkan daftar nama pemain yang sudah diincar.“Saya sudah berkomunikasi dengan pengurus BTN semalam, tapi nampaknya kegiatan Timnas ini masih menunggu rapat Exco yang baru dilangsungkan tanggal 2 Mei 2015. Ini berarti yang tercepat, mungkin tanggal 3 Mei 2015 baru ada keputusan pemusatan latihan kapan dan di mana,” ujar Aji. Masalahnya, PSSI keburu dibekukan dan timnas U-23 oleh Kemenpora akan ditangani langsung oleh Satlak Prima. Terkait arahan pemerintah yang menyerahkan pelaksanaan Pelatnas ke Satlak Prima, ia menyerahkan proses koordinasi pada pejabat di atas. “Yang saya tahu dari PSSI kemarin sudah berkoordinasi dengan Satlak Prima. Kami massih menunggu instruksi apa yang kami dapat dari atas,” tambahnya.
Selain masalah training center timnas U-23, masalah lain yang mencuat adalah gonjang-ganjing Manajer timnas U-23. Beberapa waktu lalu, KOI menyatakan sudah mencopot Manajer Timnas U-23 yang dijabat oleh Gede Widiade. KOI beralasan, pencopotan tersebut sesuai dengan arahan Kemenpora, karena khawatir ada konflik kepentingan mengingat Gede adalah CEO klub Persebaya 2010, salah satu klub yang dilarang tampil di ISL oleh BOPI. Namun, Deputi Kemenpora Gatot S Dewa Broto buru-buru mengklarifikasi pencopotan Manajer Timnas Garuda Muda oleh KOI tersebut. Menurut Gatot, KOI ternyata baru mengusulkan terkait pencopotan I Gede Widiade sebagai manajer Garuda Muda. "Bukan salah informasi, tapi di internal Kemenpora ada informasi yang lain. Kemenpora belum menyetujui, KOI mengusulkan pencopotan (Gede Widiade). Tapi melihat suasana, iklim, kami ingin kondusif," kata Gatot beralasan, saat dihubungiLiputan6.com, Rabu 29 April 2015.
"Ini juga agar secara psikologis tidak ada masalah baru, sehingga kami pikir Pak Gede bisa tetap sebagai manajer Timnas U-23 untuk SEA Games 2015. Kami tidak mau masalah dengan PSSI dikaitkan dengan Gede Widiade sebagai manajer Timnas U-23," lanjutnya.
Jika untuk timnas U-23 saja Kemenpora sudah terlihat kalang kabut, belum lagi jika ditambahi dengan problem Timnas Senior untuk ajang Pra Piala Dunia 2018. Sebagaimana diketahui, timnas Indonesia akan melakoni pertandingan perdana mereka di ajang tersebut pada 11 Juni mendatang melawan Taiwan. Itu berarti, proses pemasukan data pemain harus dimulai 30 hari sebelumnya, atau sekitar 11 Mei 2015, kurang dari dua minggu lagi. Dan yang berhak mendaftarkan/entry by name para pemain dan pelatih yang akan bertanding adalah federasi sepakbola yang resmi.
Tampaknya Kemenpora tidak melihat fakta tersebut. Terlebih, jika publik sekali lagi harus melihat SK Pembekuan, dimana tidak ada satu pun disinggung mengenai siapa yang bakal menangani timnas untuk ajang Pra Piala Dunia. Dengan posisi PSSI versi La Nyalla Matalitti yang masih diakui oleh AFC/FIFA, jelas bahwa mereka lah yang bakal mengelola timnas untuk Pra Piala Dunia. Dan, dengan adanya fakta tersebut, bukankah jelas bahwa SK Pembekuan tersebut harus diabaikan?
Atau, jika Kemenpora masih terus memaksakan pembekuannya, padahal proses untuk mendapatkan pengakuan dari FIFA sebagai induk organisasi masih lama, apakah mungkin Kemenpora juga bakal membentuk timnas tandingan? Serupa dengan apa yang pernah dilakukan KPSI dulu, membentuk timnas tandingan, dan melawan pemuda-pemuda gereja dari Australia?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H