Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Kupas Tuntas Strategi Halma di PSSI (Awal Mula)

18 September 2012   03:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:19 1856
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Seperti yang sudah saya tulis sebelumnya, strategi Halma sudah dijalankan sebelum terbentuknya kepengurusan PSSI yang baru. Tepatnya, sejak pemilihan ketua umum PSSI di Kongres Solo. Dalam kongres tersebut, terbentuk dua kubu, yakni kubu Solo (dinamakan sesuai tempat mereka menginap) yang diprediksi akan merapat pada dua nama calon, yakni Agusman Effendi dan Erwin Aksa. Sedangkan kubu Yogyakarta dihuni oleh kelompok 78 yang mengusung GT dan AP yang sudah dilarang oleh FIFA. Sebagai alternatif calon, K-78 mengerucutkannama calon pada sosok Djohar Arifin, Achsanul Qosasih dan Yapto soeryo Soemarno. Dua kubu ini seakan mewakili keberpihakan pada dua seteru abadi, yakni pro NDB dan pro AP.

Sebenarnya saat pemilihan ketua umum di solo, sebelum taktik pemenangan mutlak, K78 sudah pasti memperhitungkan akan ada gejolak pemberontakan, sampai preseden terburuk SANKSI FIFA! Tentu ini harus diantisipasi. Putusan komisi banding PSSI yang menganulir seluruh putusan komisi pemilihan sudah menunjukkan bahwa (komding bukan ambil aman) gejolak ini akan dibawa ke campur tangan dunia international. Sebenarnya saat pengajuan gugatan ke CAS, perihal pencalonan AP-GT, tim advokasi K78 sadar jika AP-GT diloloskan untuk mencalonkan diri jadi pasangan kandidat, tentu team lawan akan melakukan perlawanan melalui banding di CAS bahwa seluruh kandidat memiliki hak yang sama untuk dicalonkan dan ini dapat memicu terpilihnya kembali petinggi pengurus lama untuk memimpin PSSI (NH-NDB) . Maka dipilihkan taktik pengeluaran putusan sela yang menggiring keputusan CAS agar mendiskualifikasi seluruh pasangan calon agar petinggi pengurus lama (stakeholder) tidak punya kesempatan mengobrak abrik dari dalam - (karena kalau yang obrak abrik dari petinggi pengurus lama, maka kemungkinan pembenahan PSSI semakin sulit karena kemampuan mereka dalam berkomunikasi dan bargaining position jauh melebihi cucurutnya).

Setelah berhasil mendiskualifikasi seluruh calon dan terpilihlahDAH (kenapa DAH - coba buka portofolio DAH, menurut anda apakah dengan portofolio sebanyak itu tidak akan berhasil membuat AFC dan FIFA segan?) Sekali lagi PSSI membangun positioning dimata FIFA bahwa kali ini pemimpin PSSI tepat karena sangat-sangat pernah terlibat di sepakbola, terbukti dengan terpilihnya DAH menjadi pengurus di U-20 WORLD CUP.

Selanjutnya, untuk membersihkan mafia sepakbola dari dalam, dipancinglah dimulai dari Exco (mengeluarkan fit and proper test wacana kompetisi - lihat mana yang banyak berkoar-koar menentang dan setuju, dualisme klub dibahas di rapat exco -agar ada notulen, sampai dipilih penanggung jawab untuk penyelesaian dualisme klub agar ada pertanggung jawaban – dokumen sudah terpegang). Dan akhirnya kita sendiri sudah bisa menebak siapa Exco yang dimaksud.

Langkahkedua dari strategi ini adalah memancing Mr. X (sengaja tidak saya sebutkan, kalau pintar googling, anda akan tahu dengan sendirinya. Sedikit petunjuk adalah orang ini dari Ngawi) untuk jadi Sekjen dan sudah diprediksi - MENOLAK (terbacalah bahwa perkiraan mereka benar kalau sedang ada gerakan bawah tanah untuk pemberontakan). Kenapa? Karena perhatikan – Mr. X disini satu-satunya bekas petinggi lama yang memiliki brand image yang baik di mata masyarakat. Jadi kalau si Mr. X ini menolak, indikasi akan ada pemberontakan walaupun dengan dalih dia mau jadi petani.

Kemudian dimulailah pemisahan "air dan minyak". Disini diperlukan sosok Sekjen yang dekat dengan kelompok sana tapi tipe permainannya tidak bertipikal attacker. Dan jatuhlah pilihan pada sosok Mr.Tri. Penunjukan Tri bukan tanpa sebab, tentu di kalangan mereka kedekatan Tri dan kelompok KPSI bukan tanpa perhitungan. Controling yang sedikit mengintimidasi Tri namun memberi beliau celah untuk membantu KPSI membuat pak Tri dalam posisi serba salah, kalau bantu terlalu jauh KPSI tentu akan sangat terlihat bahwa Tri adalah musuh dalam selimut, kalau terlalu membantu PSSI, bisa dibuat miskin ama bekas junjungannya. Akhirnya psikologisnya tidak kuat terutama posisi pentingnya di JC (dalam tugas administrasi) hingga akhirnya sesuai hitung-hitungan pak Tri mundur (taktik psywar berhasil). Mundurnya Tri secara sukarela membuat PSSI dalam posisi tidak bersalah atau innocent karena dalam beberapa kesempatan PSSI berhasil memperlihatkan ke publik bahwa mereka sangat mempercayai Tri. (Disini ada dua kemungkinan teori strategi, Tri memang menjadi umpan yang tanpa dia sadari atau beliau secara diam-diam sebenarnya membantu PSSI dan pada saatnya dia akan mundur setelah waktunya tepat). Sosok yang sudah lama tidak muncul dalam lingkungan kepengurusan lama namun dekat dengan pengurus jaman NH (Sekjen, format kompetisi, dan aturan-aturan "nyeleneh" dipilih saat EXCO). Strategi Halma disini, terutama melindungi lingkaran dalam dan sosok DAH dari personal insult agar ketika serangan dimulai benteng bisa tetap kuat karena walaupun terjadi penggiringan opini saat ini. Sehingga akan terbentuk fakta yang akan tidak bisa dibantah bahwa DAH, TIDAK EGOIS, MENGEDEPANKAN REKONSILIASI dan TIDAK MEMUSUHI PENGURUS LAMA ( sebuah portofolio simpanan untuk strategi berikutnya).

bersambung............

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun