Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Empat Tokoh Kolonial Belanda yang Jadi Nama Jalan di Kota Malang

21 Maret 2017   14:15 Diperbarui: 21 Maret 2017   23:32 4356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di jaman pendudukan Belanda, wilayah Malang menjadi daerah favorit tempat tinggal warga Belanda. Udaranya yang dingin dan sejuk menjadikan Malang sebagai salah satu daerah di Indonesia kala itu yang paling banyak warga Belandanya. Tak heran, hingga kini banyak bangunan-bangunan bertipe kolonial yang masih tetap ada dan dilestarikan. Dan saking kentalnya nuansa ke-kolonial Belanda-annya, beberapa ruas jalan di kota Malang diberi nama dengan bahasa Belanda. Ada yang mengambil nama lokal setempat, ada pula yang mengambil nama tokoh era kolonial. Setidaknya, ada empat tokoh jaman kolonial Belanda yang dijadikan nama jalan di kota Malang.

Keempat jalan yang diberi nama tokoh kolonial Belanda itu terletak di satu lingkup, yakni sekitar Balai Kota Malang. Yang pertama, Daendels Boulevard, yang kini disebut jalan Kertanegara. Jalan ini terletak tepat di depan stasiun Kota Malang, hingga ke bundaran Tugu Balai Kota. Jalan Kertanegara mempunyai dua jalur, dengan ditengah-tengah dibangun taman bunga yang. Daendels, atau nama lengkapnya Herman Willem Daendels adalah Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang ke-36. Ia memerintah antara tahun 1808 – 1811. Masa itu Belanda sedang dikuasai oleh Perancis. Daendels lebih dikenal karena peran aktifnya pada pembangunan jalan Anyer-Panarukan.

Jalan Daendels Boulevard kemudian menyambung ke Coenplein Jan Pieterszoon, atau Bundaran Jan Pieterszoon, yang kini disebut jalan Tugu (Bundaran Tugu). Jalan ini mengitari mulai dari gedung DPRD, Balaikota, Hotel Tugu, Ajendam, SMAN 2 Malang, hingga kembali ke DPRD. J.P. Coen sendiri dikenang sebagai pendiri Kolonial Hindia Belanda. Di Indonesia ia terutama dikenal sebagai seorang pembesar Kompeni yang kejam. J.P Coen dua kali menjabat sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda, mulai tahun 1619 hingga 1629. Dia juga dikenal sebagai penakluk kota Jayakarta, yang kemudian dirubahnya menjadi Batavia.

dok.pri
dok.pri
Jalan yang ketiga adalah Speelmanstraat (jalan Speelman), atau yang sekarang bernama Jalan Majapahit. Jalan ini terletak tepat disebelah Balai Kota Malang, menuju ke arah alun-alun Kota dan Masjid Jami’ Malang. Speelman yang dijadikan nama jalan ini adalah Cornelis Janzoon Speelman. Ia adalah Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang memerintah pada periode 1680 hingga 1684. Speelman dikenal karena taktik Devide Et Impera yang dia terapkan dalam menghadapai perlawanan para pejuang Nusantara yang ingin melepaskan diri dari penjajahan Belanda.

Riebeekstraat Van, adalah nama jalan yang keempat. Dibanding ketiga nama lainnya diatas, Van Riebeek relatif kurang dikenal. Pasalnya, ada dua tokoh kolonial yang menyandang nama Van Rieebek, yakni Jan Van Rieebek, dan anaknya Abraham Van Riebeek. Kemungkinan penamaan jalan ini didasarkan pada nama Abraham Van Riebeeck yang menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda antara tahun 1709 – 1713. Sementara bapaknya, Jan, hanya seorang Administrator VOC. Selain sebagai Gubernur Jenderal, Abraham Van Riebeek  bisa dianggap sebagai orang pertama yang memulai perkebunan kopi di Jawa Barat. Kopi Java Preanger (Priangan), adalah salah satu warisan Abraham Van Riebeek. Riebeekstraat Van sekarang bernama Jalan Kahuripan, yang dimulai dari arah Hotel Tugu menuju ke arah barat hingga perempatan jalan Basuki Rahmat (Kayoetanganstraat) dan jalan Semeru (Smerustraat).

dok.pri
dok.pri
Selain penamaan jalan berdasarkan nama tokoh, beberapa jalan di Kota Malang pada era pendudukan Belanda dinamakan berdasarkan penyebutan warga lokal. Seperti Claketstraat (jalan Claket, sekarang jalan Kaliurang), Idjenstraat (sekarang jalan besar Ijen/Boulevard Ijen), Kayoutanganstraat (sekarang jalan Basuki Rahmat), dan lain sebagainya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun