Bagaimana caranya agar ikatan pernikahan kita bisa tetap kuat dan bertahan hingga akhir hayat kita masing-masing?
Bagaimana cara menjaga cinta satu sama lain dalam pernikahan - sehingga persatuan kita dan orang yang kita cintai menjadi berkat yang nyata dalam kehidupan berumah tangga?
Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir. (QS Ar-Rum, 30:22)
1. Tempatkan pasangan kita dalam hidup kita yang sebenarnya
Tanpa disadari, banyak orang yang keliru menempatkan pasangannya dalam prioritas hidup mereka. Banyak suami menganggap istri mereka sebagai semacam perabotan dan peralatan rumah tangga yang harus siap melayani mereka - seperti mesin cuci atau kompor, yang tugasnya memberi suami kondisi hidup yang nyaman. Di satu sisi, banyak istri pada gilirannya, menganggap suami sebagai mesin ATM untuk mengeluarkan uang, atau tukang ledeng atau tukang listrik yang memalu paku dan memperbaiki kabel di rumah.
Kita harus menyadari bahwa hakikat pernikahan adalah untuk saling mendukung, dan menerima apa pun yang ada dalam diri pasangan kita, baik kelebihan maupun kekurangannya.
Jadi pasangan kita seharusnya bukan hanya semacam alat tambahan bagi kenyamanan hidup kita. Melainkan orang yang benar-benar dekat, yang keinginan, kebutuhan, dan masalahnya harus benar-benar penting dan menjadi prioritas kita. Apa yang terjadi dalam jiwa pasangan kita, bagaimana dia hidup, kegembiraan dan kesulitan apa yang dia miliki, apa yang dia sukai dan apa yang menyebabkan dia sedih, kita harus tahu dan peduli.
2. Sabar dan fokus pada kebaikan pasangan
Kesabaran selalu tak tergantikan, dan dalam pernikahan itu sangat penting pada awalnya. Orang yang sama sekali tidak dikenal mulai hidup di sebelah kita, dengan kebiasaan, sifat, dan kekurangannya. Dan jika kita tidak siap untuk menerima pasangan kita dan menunjukkan kesabaran, pernikahan kita akan memiliki akhir yang sangat menyedihkan.
Fokuslah pada kelebihan dan kebaikan pasangan kita sehingga kita bisa mengabaikan setiap kekurangan dan kesalahan yang diperbuatnya. Â Kita bisa mencontoh sikap Khalifah Umar bin Khattab dalam menghadapi kemarahan istrinya.
Khalifah Umar bin Khatab r.a kerap diam setiap kali istrinya marah. Umar tahu mungkin saat itu istrinya capek, jenuh dengan segala beban rumah tangga di pundaknya. Umar tahu istrinya telah berusaha membentenginya dari api neraka, memelihara hartanya, menjaga penampilannya, mengasuh anak-anak, menyediakan hidangan untuknya. Untuk segala kemurahan hati sang istri, Umar rela mendengarkan keluh kesah buah lelah.
Umar hanya mengingat kebaikan-kebaikan istri untuk menutupi segala cela dan kekurangannya. Bila istri sudah puas menumpahkan kata-katanya, barulah ia menasehati, dengan cara yang baik, dengan bercanda. Hingga tak terhindar pertumpahan ludah dan caci maki tak terpuji.
3. Tetap Romantis
Tak sedikit kaum Muslim menganggap romansa dalam pernikahan itu tidak pantas, dan Islam tidak menyukai romantisme.