Sebagai orangtua, tidakkah kita khawatir dengan degradasi moral seperti ini?
Pelajaran dari Wasiat Nabi Yakub
Nabi Yakub pernah merasa khawatir akan masa depan anak-anaknya. Ketika maut hendak menjemputnya, Nabi Yakub bertanya kepada anak-anaknya, "ma ta'buduuna min ba'di?".
"Apa yang kamu sembah sepeninggalku?"Â (QS. Al-Baqarah, 2: 133)
Nabi Yakub tidak mengkhawatirkan kesejahteraan finansial anak-anaknya. Nabi Yakub tidak bertanya, "ma ta'kuluuna min ba'di?" (Apa yang kalian makan sepeninggalku?) atau "ma taf'aluuna min ba'di?" ("Apa yang kalian kerjakan sepeninggalku?"). Satu hal yang paling dikhawatirkan Nabi Yakub terhadap anak-anaknya kelak adalah tentang Tauhid, keimanan mereka.
Pertanyaan "ma ta'buduuna min ba'di?"Â (apa yang akan kalian sembah setelah kematianku) dan bukan "ma ta'kuluna min ba'di?" (apa yang akan kalian makan sesudahku), menggambarkan betapa ibadah dan pengabdian yang tulus kepada Allah SWT merupakan sumber utama kesuksesan dan keselamatan hidup. Ibadah yang benar akan meluruskan motivasi sekaligus akan membangun etos kerja yang tinggi. Akan lahir pula kecintaan kepada ilmu pengetahuan yang bersumber dari wahyu Allah SWT, sekaligus kecintaan kepada sesama umat manusia.
Inilah yang seharusnya kita khawatirkan pada anak-anak kita. Jangan meninggalkan generasi yang lemah iman. Tujuan utama kita adalah mengantarkan anak-anak menjadi generasi yang kuat, tak hanya dalam hal finansial belaka, namun juga dalam Tauhid. Sehingga, apa pun peran yang akan mereka ambil saat dewasa, baik menjadi guru, pedagang, dokter, petani atau pekerjaan dan profesi lainnya bisa menjadi sarana mereka dalam menggapai ridho Allah SWT dan jalan menuju surga-Nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H