Kapan terakhir kalinya kita mendengar nada dering ponsel berupa cuplikan lagu?
Rasanya sudah lama sekali kita tidak mendengar nada dering ponsel dari lagu-lagu terkenal atau yang sedang trending saat ini.
Memang benar, setelah beberapa dekade kita terbiasa mendengar nada dering lagu dan melihat pertumbuhan industri nada dering bernilai milyaran, kini semuanya hilang. Sebagai gantinya, kita sekarang terbiasa mendengar nada dering berbunyi entah itu kriiing....kriiing... atau tulalit, tulalit.
Dulu, iklan-iklan ringtone dan nada dering tunggu atau Ring Back Tone (RBT) selalu menghiasi layar kaca. Artis-artis musik mendulang cuan dari penjualan cuplikan lagu yang dijadikan nada dering oleh produsernya. Sekarang jangankan iklannya, cuplikan lagu mereka nyaris tidak terdengar lagi di ponsel mana pun.
Pada jamannya dulu, saya pun ikut-ikutan memasang lagu-lagu yang saya suka sebagai nada dering atau nada dering tunggu.Â
Namun alih-alih berlangganan atau membeli, saya memilih mengunduh lagu, lalu memotongnya dengan menggunakan software pemotong lagu pada bagian yang tepat lalu menggunakannya sebagai nada dering.Â
Biasanya, nada dering panggilan berbeda dengan nada dering perpesanan, dan berbeda lagi bila ada notifikasi email yang masuk. Begitulah tren jaman dulu saat industri nada dering ponsel mencapai masa keemasan.Â
Perubahan Gaya Hidup Anak Muda Mematikan Industri Nada Dering Ponsel
Matinya industri nada dering ponsel tak bisa lepas dari perubahan gaya hidup yang dianut anak muda jaman sekarang, generasi Z dan generasi Alpha. Anak muda jaman sekarang adalah "generasi pendiam".Â
Semakin banyak anak muda sekarang mematikan mode suara ponsel cerdas mereka, menjalankannya dalam mode getar. Kalaupun mode suara dihidupkan, itu mereka bunyikan dengan nada dering edisi standar.Â
Jadi, lain kali kamu mendengar ponsel cerdas berbunyi keras dengan nada dering berupa cuplikan lagu, itu berarti orang tersebut baru memiliki ponsel cerdas!
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!