Pandemi Covid-19 menjadikan banyak orang semakin tertekan secara emosional. Kebutuhan konseling dan psikoterapi pun semakin meningkat. Ini merupakan tantangan tersendiri bagi para psikolog dan terapis untuk mencari pendekatan baru yang lebih efektif. Salah satunya adalah dengan pendekatan ritual keagamaan.
Yoga, salah satu ritual keagamaan Hindu telah dikenal karena dasar ilmiahnya sebagai praktik gaya hidup sehat selama ribuan tahun. Hari ini, Yoga, terlepas dari afiliasi agamanya, telah menjadi salah satu praktik kebugaran paling populer di seluruh dunia.
Selain Yoga, salah satu praktik keagamaan yang sudah terbukti secara ilmiah memberi manfaat kesehatan fisiologis dan penyesuaian psikologis adalah salat.Â
Fakta Ilmiah Manfaat Salat untuk Kesehatan Fisik dan Mental
Beberapa laporan penelitian tentang penerapan salat dalam psikoterapi menggambarkan hasil positif pada individu yang menunjukkan gejala patologis seperti ketegangan, kecemasan, depresi dan kecenderungan anti-sosial. Studi-studi ini telah menyoroti kemanjuran salat sebagai obat untuk tekanan mental ketika dilakukan dengan benar. Beberapa penelitian juga mengungkapkan bahwa peserta non-muslim yang melakukan gerakan fisik salat menunjukkan hasil yang cukup bagi perkembangan kesehatan fisik dan mentalnya.
Manfaat fisik dan fisiologis dari salat sudah banyak yang diteliti dan terbukti secara ilmiah. Ketika salat, sebagian besar otot dan persendian tubuh ikut bergerak. Gerakan salat juga melibatkan kontraksi dan relaksasi otot lembut yang terus menerus dengan harmoni dan keseimbangan yang sempurna. Tubuh menjalani rutinitas latihan yang unik selama salat dan oleh karena itu posisi serta gerakan salat membantu menjaga kebugaran pada individu yang sehat, yang mengarah pada peningkatan fleksibilitas, kekuatan otot (kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan) dan daya tahan otot (mengacu pada kemampuan untuk melakukan banyak pengulangan).Â
Manfaat Kesehatan Fisik dalam Gerakan Sujud
Misalnya dalam gerakan sujud, otot tungkai, otot punggung dan perineum digerakkan berulang-ulang. Gerakan sujud juga memperkuat otot-otot leher sedemikian rupa sehingga jarang ditemukan orang yang melakukan sujud secara teratur setidaknya 34 kali sehari menderita spondylosis serviks (kerusakan ruas tulang leher dan bantalannya) atau mialgia nyeri otot.
Sujud juga menjadi satu-satunya gerakan di mana kepala berada pada posisi lebih rendah dari jantung. Ketika sujud, otak kita menerima peningkatan suplai darah. Lonjakan suplai darah ini memiliki efek positif pada memori, konsentrasi, jiwa dan kemampuan kognitif lainnya. Selama sujud, terjadi disipasi (hilangnya) energi elektromagnetik secara berkala yang menghasilkan perasaan menenangkan. Sebuah studi baru-baru ini menyelidiki aktivitas otak alfa selama salat telah melaporkan peningkatan amplitudo di daerah parietal dan oksipital sehingga menunjukkan keadaan relaksasi.
Manfaat kesehatan dari salat ini hanya dapat kita peroleh apabila kita melakukannya dengan benar, dalam hal ini adalah mencontoh gerakan salat Rasulullah Saw, sebagaimana sabda beliau, "Salatlah sebagaimana aku salat". (HR Bukhari & Muslim).
Penyucian diri Sebelum Salat dengan Wudhu
Sebelum salat, yang harus kita lakukan adalah menyucikan diri. Hakikatnya, setiap tindakan ibadah dalam Islam mengharuskan kita melakukan pembersihan fisik dan mempersiapkan diri secara spiritual. Rasulullah Saw mengatakan bahwa wudhu tidak hanya membersihkan orang secara fisik tetapi juga membasuh dosa-dosanya yang dilakukan oleh bagian badan yang dicuci melalui air yang menetes (HR Muslim).
Ketika berwudhu, kita dapat mempertahankan tingkat kebersihan fisik dan kemurnian spiritual yang tinggi. Pikiran diistirahatkan dari gangguan dan tekanan duniawi karena tindakan wudhu mengkondisikan jiwa untuk fokus secara tunggal pada tindakan kepatuhan dan penyerahan diri pada kehendak-Nya.