Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

5 Peribahasa Cina Kuno yang Bisa Kita Jadikan Filosofi Hidup

12 Juni 2021   07:27 Diperbarui: 12 Juni 2021   07:32 8852
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Setiap peribahasa dari mana pun juga punya satu tujuan: membawa pesan kebajikan bagi umat manusia (unsplash.com/Manos Koutras)

Lain padang lain belalang, lain lubuk lain ikannya.

Setiap negara punya peribahasa yang berbeda-beda. Namun meskipun secara harfiah berbeda bunyinya, seringkali peribahasa itu punya kesamaan makna. Setiap peribahasa dari mana pun juga punya satu tujuan: membawa pesan kebajikan bagi umat manusia.

Berikut 5 peribahasa Cina yang patut kita jadikan filosofi hidup:

"Guru membuka pintu, Kamu masuk sendiri."

Maksud dari pepatah tersebut adalah semua pelajaran yang kita peroleh dari guru tak ada gunanya jika kita tidak pernah mempraktikkannya.

Kita mengejar berbagai macam ilmu dan pengetahuan, sejak kecil hingga dewasa. Membawa semua ilmu dan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari adalah apa yang membuat ilmu pengetahuan itu berharga.

Guru hanyalah timbangan dari bobot prestasi kita, yang akan mengukur dengan presisi kadar kemajuan kita. Kita sendirilah yang harus mengasah diri agar bisa menjadi emas yang berkilau.

Apa yang guru lakukan di kelas tak lain hanya membuka pintu kesuksesan kita.

Kita sendirilah yang memiliki apa yang diperlukan untuk mengubah hidup Anda. Bahkan membaca artikel ini misalnya. Tentu, ini membantumu mendapatkan wawasan yang bijak, tetapi tidak ada gunanya jika tidak diterapkan.

"Saya marah karena saya tidak punya sepatu. Kemudian saya bertemu dengan seorang pria yang tidak memiliki kaki."

Konon, Zinedine Zidane pernah mengatakan peribahasa ini. Dalam kehidupan yang serba materialistis, mudah sekali bagi kita jatuh ke dalam perangkap konsumerisme yang selalu menginginkan lebih dan membuat diri kita tidak pernah puas.

Kita selalu mendambakan apa yang tidak  atau belum kita miliki. Bentuk tubuh yang langsing, rekening di bank yang gemuk (bila perlu tak akan habis tujuh turunan). Mobil yang lebih mewah, rumah yang lebih besar dan modern. Bahkan, kadang-kadang ada saja yang menginginkan suami yang lebih tampan atau istri yang lebih cantik.

Itu normal, karena hakikatnya manusia memang diciptakan dengan hawa nafsu. Tapi, kalau kita terlalu sering menginginkan sesuatu yang belum kita miliki, kita tidak menyadari apa yang sudah kita capai selama ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun