Pada usia berapa kita memperbolehkan anak-anak memiliki akun media sosial?
Usia 13 Tahun Bukan Batas Usia Aman Menggunakan Media Sosial
Kalau menuruti syarat dan ketentuan yang berlaku di hampir setiap media sosial, seharusnya kita baru memperbolehkan anak-anak menggunakan media sosial ketika mereka berusia 13 tahun.
Dari Instagram hingga TikTok, perusahaan teknologi memiliki persyaratan usia untuk menggunakan produknya. Untuk sebagian besar aplikasi jejaring sosial, usia minimumnya adalah 13 tahun.
Namun, usia tersebut tidak dipilih berdasarkan pertimbangan kesehatan dan keselamatan. Batasan usia 13 tahun ini adalah sisa dari kebijakan privasi yang pertama kali diterapkan pada akhir 1990-an ketika Kongres AS harus memutuskan usia di mana perusahaan dapat mengumpulkan dan menggunakan data dari anak-anak tanpa izin orang tua mereka.
Jadi, angka 13 tidak boleh dianggap sebagai usia "aman" bagi anak-anak untuk memiliki akun media sosial. Lantas, berapa batas usia minimum yang aman?
Para ahli belum menemukan atau belum berani menentukan angka usia minimum yang definitif. Meski begitu, ada beberapa penelitian yang menawarkan kepada kita tentang pertimbangan kapan kita sebagai orangtua membolehkan anak-anak memiliki akun media sosial.Â
Media Sosial Merusak Kesehatan Mental Anak-anak
Pertama, ada hubungan antara waktu layar dengan depresi atau kecemasan pada anak-anak. Hubungan ini paling kuat mengacu pada penggunaan media sosial daripada menonton televisi, video, bermain video gim atau membaca artikel di internet.
Yang dimaksud "waktu layar" ini mengacu pada jumlah waktu yang dihabiskan seseorang menatap layar perangkat digital seperti televisi, komputer, tablet dan ponsel pintar.
"Waktu layar" mencakup banyak aktivitas; dari bermain gim hingga menelusuri umpan-umpan media sosial. Salah satu aktivitas waktu layar yang harus kita cermati adalah penggunaan media sosial. Dalam jejaring sosial, pengguna membuat konten yang dinilai atau dikomentari oleh lusinan atau ratusan pengguna lainnya.
Penilaian dan komentar inilah yang bisa memicu depresi atau kecemasan pengguna media sosial. Sulit bagi pengguna media sosial terutama anak-anak dan remaja untuk tidak membandingkan jumlah Like yang mereka peroleh dengan akun lainnya.Â