Biasanya, karyawan yang masuk karena rekomendasi orang yang punya kedudukan tinggi menjadi anak emas.Â
Karyawan seperti ini diperlakukan dan dilayani dengan sebaik-baiknya. Kondisi yang muncul karena rasa tidak enak dengan orang yang merekomendasikan karyawan tersebut.
Namun hal ini tidak berlaku pada saya. Karena yang merekomendasikan saya itu manajer divisi lain, sementara saya bekerja di divisi penjualan, status anak emas tidak berlaku.
Sebaliknya, label karyawan bawaan menyebabkan saya dalam situasi yang sulit. Saya merasa terpinggirkan karena merasa rekan kerja dan manajer divisi ingin menjegal saya. Selain itu, status karyawan bawaan juga membuat saya merasa terbebani. Ada rasa malu apabila saya tidak bisa berprestasi.
Situasi bertambah sulit karena manajer saya punya karyawan favorit. Begitu pula dengan bagian-bagian support di tempat kerja saya. Mereka punya rekan-rekan kerja favorit masing-masing yang bisa diajak bekerja sama.
Misalnya ketika ada proyek pembukaan area pemasaran baru, yang pertama kali ditunjuk untuk berjualan di area basah tersebut sudah pasti si karyawan favorit. Sementara saya harus puas mengais sisa-sisanya.
Begitu pula ketika bagian customer service menerima telepon dari calon pelanggan, mereka selalu melemparkannya ke rekan-rekan favorit masing-masing untuk di-follow up lebih lanjut.Â
Jadilah Joker di Lingkungan Kerja yang Beracun
Meskipun berat, kondisi ini malah memotivasi saya agar dapat menjadi Joker. Bukan memiliki karakter atau kepribadian seperti Joker, melainkan mengikuti saran dari salah satu kutipannya yang terkenal:
"Sebagian orang ingin melihatmu gagal. Kecewakan mereka."
Saya tak pernah memberi tahu apalagi mengeluhkan adanya favoritisme yang memicu persaingan tidak sehat di tempat kerja kepada ayah teman saya, sekalipun sebagai manajer yang lebih senior beliau bisa memberi masukan ke manajer saya. Saya ingin membuktikan bahwa tanpa menjadi favorit pun saya bisa berhasil.