Seorang lelaki berjalan tergesa-gesa menuju kediaman Khalifah Umar bin Khatab r.a. Tujuannya satu: ingin mengadukan istrinya yang sangat cerewet. Lelaki ini berharap Khalifah Umar mau menasehati istrinya.
Namun, sesampainya di depan rumah khalifah, lelaki ini malah tertegun. Dari dalam rumah, ia mendengar istri Khalifah Umar bin Khatab r.a sedang mengomel marah-marah. Dari omelannya, lelaki ini sadar istri khalifah Umar ternyata cerewetnya melebihi istrinya sendiri.
Lelaki ini juga menyadari, sejauh pendengarannya dari luar pintu rumah khalifah, ia tidak mendengar sepatah katapun yang meluncur dari mulut Khalifah Umar. Setelah beberapa saat kemudian lelaki itu tidak mendengar suara khalifah, akhirnya ia pun mengurungkan niatnya hendak melaporkan istrinya. Lha istri khalifah Umar ternyata juga cerewet dan Khalifah Umar hanya diam saja menghadapi omelan istrinya.
Apa yang membuat seorang Khalifah Umar bin Khatab r.a, yang disegani kawan maupun lawan, berdiam diri saat istrinya menngomel? Mengapa ia hanya mendengarkan, padahal di luar sana, ia selalu tegas pada siapapun?
Bukan lantaran Khalifah Umar tipe suami takut istri. Bukan karena Umar termasuk jenis lelaki ayam sayur yang melempem menghadapi kemarahan istri. Namun, sikap Khalifah Umar merupakan suatu contoh perilaku, bagaimana seharusnya suami menghadapi istri yang sedang marah. Berdiam diri dan membiarkan istri menumpahkan semua kemarahannya terlebih dahulu.
Khalifah Umar sangat memahami, istrinya adalah wanita yang harus ia hormati dalam hidup berumah tangga. Tak hanya karena sudah melahirkan anak-anaknya, tapi juga karena Umar sadar seorang wanita itu selalu mengembalikan yang lebih dari apa yang sudah diberikan seorang pria kepadanya.
5 Peran Istri yang Tak Tergantikan
Bagi Khalifah Umar, istrinya memiliki 5 peran tak tergantikan yang membuatnya harus berdiam diri saat menghadapi kemarahannya:
Penjaga hawa nafsu
Istri adalah penjaga hawa nafsu suaminya. Sudah menjadi kodrat setiap lelaki bila nafsu mereka berkobar jika memandang wanita. Adalah sang istri yang selalu berada di sisi, menjadi ladang bagi laki-laki untuk menyemai benih, menuai buah di kemudian hari.
Pemelihara Rumah
Adakah seorang pembantu yang bersedia menjaga rumah tuannya 24 jam seminggu dengan penuh cinta, kasih sayang, dan rasa memiliki yang tinggi? Dibayar berapa pun tidak ada orang bersedia melakukannya, kecuali orang itu memiliki rasa cinta dan pengabdian pada tuannya.
Hanya istri yang bersedia melakukan hal itu. Â Agar harta yang diperoleh suami secara halal dengan keringat, air mata, bahkan darah tak menguap sia-sia.
Pengasuh dan Perawat Buah Hati
Kurang lebih sembilan bulan istri bersusah payah merawat benih yang disemai suaminya hingga lahir tunas harapan mereka. Namun pengorbanan istri  tak berhenti sampai di situ.Â