"Alhamdulillah, ini rezeki anak saleh".
Sering kan kita mendengar atau mengucapkan perkataan seperti itu?
Setiap kali kita ketiban rezeki, apalagi bila rezekinya itu bernilai besar, hampir pasti kita akan berkata ini rezeki anak saleh setelah mengucapkan rasa syukur.
Padahal ungkapan tersebut mengandung ambiguitas dan kesalahan yang sangat besar.
Apa salahnya?
Ucapan "ini rezeki anak saleh" dapat mengandung pengertian hanya anak saleh yang (berhak) memperoleh rezeki. Otomatis, ungkapan ini juga menegasikan anak yang tidak saleh tidak memperoleh rezeki.
Dengan mengatakan "ini rezeki anak saleh", kita (entah sadar atau tidak, sengaja atau tidak) menafikan kekuasaan Allah sebagai Zat Maha Pemberi Rezeki untuk Semua Makhluknya!
Ungkapan itu juga dapat dimaknai sebagai bentuk ketidakadilan Allah atas pembagian rezekinya. Padahal Allah Mahaadil.
Keadilan Rezeki dalam Kalimat Basmalah
Setiap makhluk bernyawa yang menghuni bumi ini, terjamin rezekinya. Makhluk-makhluk yang menghuni palung bumi yang paling dalam, maupun makhluk yang berterbangan liar di udara bebas yang tak kasat mata telanjang.
Rezeki yang sudah ditetapkan Allah ini tidak bergantung pada kesalehan atau ketakwaan. Mau bertakwa atau tidak, batas rezekinya sudah ditentukan.
Keadilan atas rezeki ini ditunjukkan Allah melalui kalimat Basmalah
BismillahirRahmaaniRahiim
Dengan menyebut nama Allah, yang Maha Pengasih (Pemberi) lagi Maha Penyayang.
Bisa dibilang, kalimat basmallah mengandung pelajaran Tauhid yang Berkeadilan.
Mengapa Allah menyebutkan dua sifat-Nya? Yakni Ar-Rahman dan Ar-Rahiim? Tidakkah cukup satu sifat saja, Ar-Rahman, tanpa Ar-Rahiim, dan sebaliknya?
Islam menuntun kita untuk selalu mengucap basmalah sebelum melakukan segala aktivitas. Kata Bi, yang diterjemahkan menjadi "dengan/demi" oleh para ulama dikaitkan dengan kata "memulai". Sehingga siapapun yang mengucap basmalah pada hakekatnya berkata "Dengan (demi) Allah aku memulai (aktivitas/pekerjaan ini)."Â
Kata Bi juga dikaitkan dengan "kekuasaan dan pertolongan". Dengan mengucap basmalah, hakekatnya kita menyadari bahwa apapun pekerjaan/aktivitas yang kita lakukan tersebut sepenuhnya terlaksana atas kodrat (kekuasaan/pertolongan) Allah. Dengan kata lain, melalui kalimat basmalah tersebut kita juga mengakui bahwa rezeki yang kita peroleh pada dasarnya berasal dari Allah semata. Â Dengan ucapan basmalah tersebut, Allah menghendaki agar seluruh sikap dan perbuatan kita selalu diwarnai oleh curahan rahmat dan kasih sayang.
Dalam ucapan basmalah, ada dua sifat Allah yang ditekankan, yakni Ar-Rahman dan Ar-Rahim.Â
Sifat Ar-Rahman (Maha Pengasih/Maha Pemberi) lingkupnya luas. Maha Pengasih/Pemberi nya Allah melingkupi semua makhluknya. Baik itu yang beriman atau yang tidak, yang baik atau yang jahat, semua tanpa kecuali mendapat limpahan kasih/Rahman dari Allah.
Sebaliknya, sifat Ar-Rahiim (penyayang) lingkupnya terbatas. Allah hanya akan menyayangi sesiapapun yang dikehendakinya, khususnya bagi mereka yang beriman.
Boleh jadi yang tidak saleh dan tidak beriman diberi rejeki melimpah. Boleh jadi si jahat diberi harta menumpuk. Tapi itu tidak lantas membuatnya disayangi oleh Allah. Karena sifat sayang Allah hanya dikhususkan bagi mereka yang beriman saja dan sesiapapun yang dikehendaki-Nya.
Setiap makhluk mendapat Rahman-nya Allah, tapi tidak semuanya mendapat Rahiim-nya Allah. Setiap makhluk mendapat rezeki, tapi tidak semuanya disayangi Allah.
Inilah contoh keadilan rezeki yang ditunjukkan Allah melalui kalimat Basmallah.
Maka, apabila kita mengatakan rezeki yang kita peroleh itu sebagai rezeki anak saleh, itu sama artinya dengan tidak mengakui keadilan ketetapan rezeki dari Allah. Alih-alih mengucapkan kalimat tersebut, lebih baik kita mengucapkan hamdalah:
"Alhamdulillah ala kulli hal", segala puji bagi Allah atas segala nikmat-Nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H