Shining, Bluffing, Breadcrumbing, Ghosting, dan entah istilah atau kata bahasa inggris apalagi yang belakangan ini sering digunakan Kompasianer di artikel mereka. Bingung?
Sama, aku juga bingung dengan artikel-artikel yang menggunakan kata-kata keren itu. Kebingunganku ada dua: karena tidak tahu artinya, dan karena bingung untuk apa sih menulis judul artikel dengan istilah asing?
Setiap kali membaca artikel, aku selalu mencoba untuk menganalisis artikelnya. Bagiku, cara terbaik untuk melatih keterampilan menulis dimulai dari kepala penulis, menganalisis proses berpikir mereka. Seringkali yang lebih penting daripada kata-kata yang mereka gunakan adalah bagaimana mereka merumuskan pemikiran mereka, menyusun argumen mereka, menyodorkan kisah-kisah pribadi agar dapat terhubung dengan pembaca.
Singkatnya, aku menghargai teknik penulisan yang bagus. Pilihan kata, tata bahasa, alur naratif, transisi - semua yang hal mendasar yang penting yang justru belakangan ini banyak dilupakan para penulis.
Banyak penulis memilih untuk mementingkan penampilan artikelnya. Penggunaan kata atau istilah asing memang dapat membuat penampilan artikel tampak bagus. Pandangan mata kita akan langsung tertuju pada kata-kata asing daripada kata-kata yang biasa kita lihat dan baca.
Tapi, menulis bukan semata mementingkan penampilan saja. Dalam banyak kasus, perbedaan antara karya tulis yang baik dan yang buruk semuanya terletak pada bagaimana penulis menyusun poin mereka untuk terhubung dan beresonansi dengan audiens mereka.
Ketahui Pembacamu
Maha guru ilmu komunikasi Marshall Mcluhan mengatakan bahwa "medium adalah pesan" (McLuhan, 1964) yang dimaksudkan untuk menyoroti pentingnya pengetahuan dan cara penyajiannya. Kita harus menggabungkan medium dan pesan yang ingin kita sampaikan untuk benar-benar berkomunikasi dengan khalayak kita. Penggunaan kata atau istilah asing bisa menjadi medium yang tepat selama kata-kata itu sudah populer digunakan masyarakat.
Itu sebabnya, saat menulis hal pertama yang selalu harus kamu perhatikan adalah mengubah pola pikir: bahwa kamu menulis untuk pembaca, bukan untuk dirimu sendiri.
Aku selalu menekankan pentingnya jawaban dari pertanyaan ini: siapa target pembaca yang hendak kamu tuju?
Kalau kamu bisa mengetahui jawabannya, kamu bisa memilih kata-kata yang tepat, tata bahasa yang baik dan benar, alur naratif yang lancar, sesuai dengan target pembaca yang kamu inginkan.