Cerita fabel adalah salah satu metode tertua dan paling bertahan lama dalam sejarah peradaban literasi manusia, baik disampaikan dalam cerita tertulis maupun lisan. Cerita fabel tak lekang oleh waktu sebagai perangkat sastra karena dapat menyampaikan pesan moral dengan cara yang sederhana sehingga mudah dipahami oleh pembaca dari segala usia.
Sebuah dongeng bisa diadaptasi menjadi berbagai versi. Baik dari sisi moral cerita, maupun tokoh-tokohnya. Bahkan banyak yang menganggap cerita fabel dari Aesop memiliki kesamaan cerita dengan dongeng-dongeng hewan dari India.
Berikut kuceritakan sebuah cerita fabel tentang kuda yang gagah dan keledai buruk rupa:
***
Di sebuah pasar hewan, seekor kuda yang gagah dan tampan sedang dipamerkan penjualnya. Bulu kuda itu tampak mengkilap karena sering disikat.
Sejak kedatangannya, kuda itu berdiri dengan lagak jumawa. Sesekali dia menoleh ke kiri dan ke kanan untuk memamerkan kemolekan tubuhnya yang terawat. Ladam keemasan yang terpasang di telapak kakinya semakin menambah kegagahannya.
Pada suatu siang, sang penjual membawa masuk seekor keledai buruk. Diikatnya keledai itu tak jauh dari posisi kuda yang tampan dan gagah.
"Hei keledai, sungguh buruk sekali nasibmu. Kamu diciptakan dengan tubuh yang pendek, bulumu kisut tidak terawat. Sangat tidak menarik. Beda sekali denganku yang tampan dan gagah ini," sergah sang kuda dengan nada congkak.
Si keledai tidak menjawab. Dia hanya melemparkan senyum persahabatan pada sang kuda.
"Memangnya apa sih kelebihanmu? Coba lihat diriku. Gagah, selalu dikendarai para bangsawan. Dibawa ke pesta-pesta yang mewah dan meriah. Tubuhku dimandikan dan dirawat dengan penuh kasih sayang.