Sedangkan dirimu? Bahkan sekalipun kamu hilang atau dicuri orang, pemilikmu tak akan menyesali. Kasihan sekali nasibmu, hai keledai," ujar sang kuda dengan nada yang semakin tinggi dan bertambah sinis.
Mendengar perkataan sang kuda yang congkak, si keledai menarik nafas panjang. Sambil masih tersenyum dan menatap lembut pada sang kuda, si keledai berkata,
"Wahai kuda yang terhormat, mungkin semua orang akan memiliki kebanggaan jika mengendarai kuda yang anggun, gagah dan tampan seperti dirimu. Mereka akan merawatmu, memandikan dan menyikat kulitmu sampai mengkilap. Mereka akan menempatkanmu di istal yang besar. Dan, setiap ada orang yang bertamu, pemilikmu dengan bangga akan memamerkan dirimu. Â
Si keledai berhenti berbicara sejenak dan membiarkan sang kuda menikmati pujiannya.
"Tetapi kuda yang terhormat, kamu hanya menemani pemilikmu di di dalam kesemuan. Kamu diajak pergi ke berjalan-jalan atau ke undangan-undangan pesta untuk sekedar sebuah kebanggaan. Kamu hanya dipakai sesekali saja.
Bedakan dengan aku. Aku siap menemani kemana saja pemilikku pergi. Ke pasar yang becek sekalipun aku dengan setia menemani pemilikku. Â Aku memunculkan kerinduan bagi yang memilikiku. Karena apa wahai kuda? Karena aku memunculkan kenyamanan dan kelonggaran. Aku tidak membutuhkan perhatian dan perawatan yang spesial.Â
Dalam kamus kehidupanku, jika kita ingin membuat orang bahagia maka kita harus menciptakan kenyamanan kebermanfaatan untuknya, bukan kemewahan."Â
Si keledai berkata dengan antusias dan membiarkan sang kuda terpana. Â
"Ketahuilah kuda sahabatku yang terhormat, untuk apa kehebatan kalau sekedar untuk dipamerkan dan menimbulkan efek takut kehilangan. Untuk apa kemegahan dikeluarkan kalau hanya untuk sekedar mendapatkan kekaguman."Â
"Tapi, bukankah menyenangkan jika kita dikagumi banyak orang", kata sang kuda mencoba mencari pembenaran atas dirinya.Â
Si keledai tersenyum dengan bijak. Lalu katanya, "Sahabatku! Di tengah kekaguman sesungguhnya kita sedang menciptakan tembok pembeda yang tebal. Â Semakin kita ingin dikagumi maka sesungguhnya kita sedang membangun temboknya semakin tebal."