Tak ada kesibukan anak-anak mencari seragam sekolah atau kaos kaki yang terselip entah kemana di awal tahun 2021 ini saat mereka harus kembali belajar.Â
Untuk mempersiapkan diri kembali belajar usai libur semester dan tahun baru, anak-anak hanya memastikan satu hal: gawai tetap berfungsi dengan lancar dan kuota internet sudah siap sedia.
Akibat masih tingginya kasus positif Covid-19 di tanah air, rencana pemerintah untuk menyelenggarakan sekolah tatap muka harus pupus. Di sekolah anak saya misalnya, meski sejak bulan November lalu sudah menyebar kuisioner dan surat pernyataan kesediaan pembelajaran tatap muka, tapi sampai sekarang belum ada kejelasan kapan waktu dimulainya. Artinya, pembelajaran semester genap tahun 2021 kali ini anak-anak masih harus belajar dari rumah.
Tentu hal ini tidak mudah dan tidak menyenangkan bagi siswa dan orangtua. Selain dituntut untuk bisa mengatasi kebosanan karena sudah lebih dari 7 bulan hanya belajar dari rumah, satu hal yang cukup membuat pusing orangtua adalah bagaimana membatasi anak-anak dari ketergantungan mereka terhadap pemakaian gawai di rumah.
Dengan model pembelajaran jarak jauh yang mengharuskan setiap anak memegang gawai atau perangkat digital di rumah, itu artinya waktu layar anak-anak juga bertambah.Â
Yang dimaksud "waktu layar" ini mengacu pada jumlah waktu yang dihabiskan seseorang menatap layar perangkat digital seperti televisi, komputer, tablet dan smartphone.
Selama masa pembelajaran jarak jauh satu semester kemarin, rata-rata siswa menghabiskan waktu layar selama minimal 4 jam, dari Senin sampai Jumat.Â
Ini belum termasuk waktu layar yang dihabiskan anak-anak untuk bermain gim, menonton YouTube, berinteraksi di media sosial dan tugas-tugas tambahan yang kadang sering diberikan guru di luar jam resmi pembelajaran.Â
Jadi, bisa kita bayangkan sendiri berapa banyak waktu yang dihabiskan siswa untuk menatap layar perangkat digital di masa pembelajaran jarak jauh.
Di satu sisi, banyak penelitian yang hasilnya memperingatkan para orangtua tentang dampak negatif dari penggunaan perangkat digital secara berlebihan. Lebih khusus lagi, efek membahayakan dari paparan cahaya biru yang memancar dari perangkat digital.
Selain mempengaruhi ritme sirkadian (jam biologis), efek terburuk dari paparan cahaya biru adalah gangguan kesehatan mata. Paparan cahaya biru dan aktivitas menatap layar perangkat digital secara berlebihan dapat menyebabkan rabun jauh hingga gejala mata kering (dry eyes symptoms).