Pukul 17.30 WIB, Udin mendatangi ruangan sebelah tempat keempat kawannya sedang bekerja. Dilihatnya Amir, Ridho, Bahrul dan Joni sedang duduk santai. Asap rokok mengepul di sekeliling mereka berempat.
"Kalian santai-santai gini, memangnya sudah selesai kerjaannya?" tanya Udin.
"Alah, lagakmu kayak yang paling rajin saja," sindir Amir.
Udin lalu mengambil duduk di antara keempat temannya itu.
"Memangnya boleh ya merokok di sini?" tanya Udin.
"Kenapa gak boleh? Sekarang kan sudah jam pulang. Lagian kerjaan kita sudah selesai kok," jawab Ridho. "Nih, kalau mau," sambungnya sambil mengangsurkan sebatang rokok kepada Udin.
"Soalnya tadi bang Ahmad ngelarang aku merokok di ruangan sebelah. Katanya sensor asap dan apinya masih menyala. Takut nanti sprinkler-nya nyembur," kata Udin mengingatkan pesan Ahmad.
"Sudahlah, nikmati saja rokoknya. Sudah habis dua batang aku merokok, gak ada tuh bunyi sensor atau air yang nyembur," kali ini Joni yang menimpali perkataan Udin.
Udin tak berkata apa-apa lagi. Diambilnya sebatang rokok dari lantai marmer, kemudian disulutnya. Sembari mulutnya mengepulkan asap rokok, hati Udin masih was-was mengingat pesan Ahmad tadi.
"Yuk ah pulang, udah habis nih rokoknya," kata Amir berdiri, lalu diikuti keempat temannya.
"Jangan lupa matiin dulu tuh puntungnya, Mir," kata Udin.