Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cerita tentang Manusia yang Disketsakan Jakob Oetama

10 September 2020   11:34 Diperbarui: 10 September 2020   11:36 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Sketsa Tokoh mengajarkan pada saya untuk tidak memitologikan manusia (dokpri)

Seandainya Michael H. Hart menulis 100 Tokoh Paling Berpengaruh di Indonesia, pastilah nama Jakob Oetama ada di deretan atas. Tapi mengapa harus seandainya padahal Jakob Oetama memang tokoh paling berpengaruh di Indonesia?

Sejak 1963 ketika beliau bersama PK Ojong menerbitkan majalah Intisari, dunia pers dan penerbitan Indonesia tak bisa dilepaskan dari pengaruhnya. Saya sendiri tak bisa membayangkan seperti apa wajah jurnalistik kita dan juga literasi Indonesia jika Jakob Oetama memilih untuk menjadi pastor atau dosen sejarah alih-alih menggeluti profesi wartawan.

Tak akan ada Harian Kompas, Majalah Intisari, Toko Buku Gramedia, Kompasiana dan anak cucu usaha lain yang dilahirkan serta dibesarkan oleh tangan Jakob Oetama sendiri. Mengutip sudut pandang Michael H. Hart, dunia pers dan literasi kita memang masih ada, tapi jalan ceritanya sudah tentu berbeda.

Maka ketika berita duka yang mengabarkan Jakoeb Oetama meninggal dunia itu datang, kita patut merasa kehilangan. Bukan hanya karena jasa dan pengaruh maupun kekaguman kita pada kemampuan menulis seorang Jakob Oetama, tapi juga untuk setiap warisan karya yang sudah ia tinggalkan.

Sekalipun sudah mendengar nama Jakob Oetama sejak kecil, saya baru mengenal tulisan dan karyanya usai lulus kuliah, tepatnya ketika saya tertarik melihat sampul buku Sketsa Tokoh yang dipajang di rak depan toko buku Gramedia Kota Malang.

Tanpa berpikir panjang, saya pun membelinya. Setelah membacanya, saya kian memahami mengapa banyak tokoh, tak hanya di dunia pers Indonesia, mengagumi Jakob Oetama baik secara pribadi maupun dalam konteks profesinya sebagai wartawan. Dari buku ini pula saya selalu meniru teknik penulisan Jakob Oetama, terutama ketika menulis profil seseorang untuk tidak terjebak dalam glorifikasi maupun demonisasi.

Buku Sketsa Tokoh memuat 21 tulisan Jakob Oetama yang sudah pernah terbit di Intisari antara tahun 1963 sampai 1965. Lebih dari sekedar kumpulan tulisan profil, Sketsa Tokoh -- mengutip catatan pinggir bukunya - adalah cerita tentang manusia yang disketsakan Jakob Oetama.

Tulisan Jakob Oetama bisa dikenali dari cara bertuturnya dalam bahasa yang ringan, tidak dipenuhi istilah-istilah teknis yang dapat membingungkan pembaca awam. Namun, yang menonjol dari teknik penulisannya adalah kemampuannya memanusiakan setiap tokoh, sekalipun sumber tulisan itu hanya ia dapatkan dari wawancara sumber kedua maupun menggalinya dari bahan-bahan bacaan. Dengan halus, Sketsa Tokoh menyiratkan bagaimana Jakob Oetama memahami perasaan, bersimpati sekaligus memberi empati kepada sumber berita.

Dari sinilah saya belajar bagaimana untuk tidak memitologikan manusia, tidak menambahkan sifat-sifat kedewaan di luar kemampuan manusiawinya. Suatu hal yang saat ini sudah mulai ditinggalkan banyak orang, terutama penulis maupun insan pers itu sendiri. Dalam dimensi kekinian, mitologi manusia itu dapat ditandai pada gejala ketika seseorang menggunakan media massa, propaganda, atau metode lain untuk menciptakan figur ideal atau pahlawan, seringkali dengan menaikkan frasa - frasa hiperbola.

Buku Sketsa Tokoh tak hanya mengenalkan saya pada sosok Jakob Oetama. Lebih dari itu, buku ini juga menunjukkan pada saya karya serta semangat kerja Jakob Oetama. Tidak sekadar mengagumi kemampuannya menulis, tetapi jauh lebih bermakna, ikut serta menimba pengalaman dalam perbincangannya dengan sejumlah tokoh yang ditampilkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun