Sebagai guru, semestinya beliau bisa memastikan seluruh siswanya dapat mengikuti pembelajaran. Bila ada anak yang tidak punya HP, Ibu Guru bisa mendatangi rumahnya, lalu berunding dengan orangtua siswa bagaimana baiknya. Bisa pula Ibu Guru berembug dengan paguyuban orangtua siswa untuk mencari solusi agar seluruh siswa di kelasnya tidak memiliki kendala apapun selama menjalani pembelajaran jarak jauh.
Merdeka Belajar yang Jadi Kenyataan
Sekilas terlihat mudah, tapi mengajar online membutuhkan lebih dari sekadar pemahaman tentang teknologi yang terlibat. Pahit untuk dikatakan, kenyataannya masih banyak guru atau pengajar di Indonesia yang seolah masih hidup di jaman dinosaurus. Mereka belum begitu melek literasi digital. Guru hanya sekedar memindahkan ruang belajar, bukan mentransfer proses pembelajaran ke ranah digital.
Apalagi dengan kondisi di mana kesenjangan digital di Indonesia begitu lebar. Tidak semua siswa dan orangtua dapat mengikuti pembelajaran jarak jauh dengan baik.
Aku tidak tahu, ada berapa banyak guru yang pola pengajarannya seperti Ibu Guru di kelas anakku tersebut. Jika sebagian besar guru memiliki prinsip asal mengajar dan asal memberi perintah belajar seperti itu, pendidikan anak-anak kita akan semakin jauh tertinggal.
Kesan yang aku tangkap dalam proses belajar mengajar selama pandemi Covid-19 ini, slogan "Merdeka Belajar" yang pernah digaungkan Mas Menteri Nadiem Makarim seolah menjadi kenyataan. Anak-anak terlihat tidak mendapat pelajaran online di rumah, melainkan harus belajar mandiri. Mereka akhirnya benar-benar merdeka, bebas belajar sesuai yang mereka bisa, tanpa ada bimbingan dan pengajaran yang lebih intensif dari guru-gurunya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H