Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pak Jokowi, Lain Kali Kalau Marah Jangan Ditunda

1 Juli 2020   17:03 Diperbarui: 1 Juli 2020   16:51 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wajar apabila ada pemimpin memarahi anak buahnya. Tidak ada yang aneh apabila seorang presiden memarahi para menterinya, pembantu-pembantunya yang dianggap tidak berkompeten membantu presiden dalam menjalankan roda pemerintahan.

Namun, rasanya aneh apabila kemarahan itu baru dipublikasikan ke publik 10 hari kemudian. Maka, jangan heran apabila sebagian besar publik menilai kemarahan presiden Jokowi yang tengah hangat diperbincangkan saat ini tak lebih dari aksi theatrikal semata.

"Saya membuka yang namanya entah langkah politik, entah langkah-langkah kepemerintahan. Akan saya buka. Langkah apapun yang extraordinary akan saya lakukan. Untuk 267 juta rakyat kita. Untuk negara. Bisa saja, membubarkan lembaga. Bisa saja reshuffle. Sudah kepikiran ke mana-mana saya," kata Jokowi dalam pernyataannya yang diunggah di akun Youtube Sekretariat Presiden, Minggu, 28 Juni 2020.

Video detik-detik presiden Jokowi memarahi para menterinya mengundang banyak penafsiran yang berbeda, apalagi dalam video tersebut presiden Jokowi tertangkap kamera sedang memarahi para menteri sambil membaca naskah tertulis. Ditambah lagi hingga saat ini masyarakat kita masih terpolarisasi menjadi dua kutub yang berlawanan arah: pendukung  presiden Jokowi dan pihak oposisi.

Berbagai Penafsiran Dari Video Kemarahan Jokowi

Bagi para pendukungnya, kemarahan presiden Jokowi adalah bentuk ketegasannya sebagai pemimpin. Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko misalnya, mengibaratkan kemarahan Jokowi sebagai langkah strategis seorang panglima yang siap mengambil segala risiko dan mempertaruhkan reputasi politik.

"Memang Presiden mengatakan akan mengambil risiko, reputasi politik akan saya pertaruhkan." kata Moeldoko di kantor KSP.

Sementara bagi pihak oposisi, marahnya presiden Jokowi terhadap para menteri dianggap mempertontonkan aib kabinet pemerintahan yang dibentuknya sendiri.

"Pertama dari segi politik, kemarahan Jokowi ini justru mempertontonkan aib kabinet sendiri. Mestinya video itu sebatas konsumsi internal saja, tak perlu diumbar ke publik," kata Direktur Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno.

Pendapat senada juga diungkapkan pengamat komunikasi politik dari Universitas Telkom, Dedi Kurnia.

"Kekecewaan presiden pada menteri sama saja kecewa pada diri sendiri," kata Dedi.

Sementara itu, akademisi Rocky Gerung mengamati ada yang tidak wajar dari ekspresi presiden Jokowi dalam video yang dipublikasikan pada publik tersebut. Dengan nada satir dengan kalimat tajam seperti biasanya, Rocky Gerung memposting di akun twitternya,

"Marah pakai teks. Dungu tanpa teks. Sial lu, ndro," ungkapnya.

Marahnya Bukan Ditunda, Tapi Tidak Diketahui Publik

Sebagai presiden, Jokowi berhak memarahi para pembantunya yang dinilai tidak cakap dan kompeten dalam menjalankan instruksinya. Namun, kemarahan tersebut hendaknya tidak perlu diumbar pada publik, apalagi ada rentang waktu antara rapat kabinet dengan waktu video itu diunggah.

Rapat kabinet itu sebenarnya sudah berlangsung pada 18 Juni, namun video tersebut baru diunggah di akun YouTube Sekretariat Presiden pada 28 Juni. Jarak 10 hari inilah yang kemudian menjadi bahan sindiran netizen.

"Marah kok ditunda," kata banyak netizen di media sosial.

Sebenarnya tidak ditunda. Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengungkapkan Presiden Jokowi sudah beberapa kali memperingatkan para menteri dan pimpinan lembaga negara untuk bekerja ekstra keras agar mampu mengatasi krisis yang diakibatkan pandemi Covid-19.

"Presiden khawatir para pembantu ada yang merasa saat ini situasi normal. Untuk itu diingatkan, ini peringatan kesekian kali," ujarnya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (29/6). 

Karena rapat kabinet itu sering bersifat internal dan tidak boleh diliput wartawan, publik pun tidak tahu seberapa sering presiden Jokowi memarahi para menterinya.

Alasan Video Kemarahan Jokowi Baru Dipublikasikan Setelah 10 Hari

Mungkin agar masyarakat percaya bahwa presiden Jokowi bersikap tegas dan menginginkan langkah terbaik dalam penanganan krisis ini, Sekretariat Presiden merasa perlu untuk mengunggah momen kemarahan presiden saat rapat kabinet.

Deputi bidang Protokol, Pers dan Media Sektretariat Presiden Bey Machmudin mengungkapkan, pihaknya memiliki alasan mengapa baru menggunggah video itu 10 hari setelah rapat paripurna berlangsung. Bey beralasan video itu memang awalnya tak akan dirilis karena sidang paripurna tersebut bersifat internal atau tertutup. Wartawan juga tidak diperbolehkan untuk meliput.

"Karena awalnya Sidang Kabinet Paripurna tersebut bersifat intern," kata Bey kepada Kompas.com, Minggu (28/6/2020). Namun, Biro Pers Istana menilai pernyataan Presiden dalam rapat tertutup itu penting untuk dipublikasikan. Banyak hal yang baik, dan bagus untuk diketahui publik.

Oleh karena itu lah pihak biro pers meminta izin kepada Presiden Jokowi untuk merilis video itu. "Kami meminta izin kepada Bapak Presiden untuk mempublikasikannya. Makanya baru dipublish hari ini," kata dia. Bey pun beralasan butuh proses panjang dan teliti untuk mempelajari video itu sehingga menghabiskan waktu sampai sepuluh hari.

"Kami pelajarinya agak lama juga, pelajari berulang-ulang," ujarnya. 

Apa yang baik dan bagus untuk diketahui publik? Bahwa serapan anggaran penanggulangan Covid-19 baru 1,53 persen? Atau fakta bahwa insentif untuk tenaga kesehatan belum cair?

Ya, itu memang layak untuk diketahui oleh publik. Dan justru, fakta itu juga memperlihatkan betapa buruknya kinerja para menteri yang terkait.

Karena menteri dipilih dan menjadi hak prerogratif presiden, maka wajar pula bila momen marahnya presiden Jokowi malah dianggap mempertontokan aib sendiri.

Selain informasi tersebut, publik juga menilai ada unsur drama di balik publikasi kemarahan presiden Jokowi. Seperti yang diposting Rocky Gerung, marahnya presiden Jokowi menggunakan teks. Seolah kemarahannya sudah dipersiapkan sebelumnya.

Apakah jika tanpa teks presiden Jokowi tetap akan marah-marah?

Entahlah, karena masyarakat Indonesia belum pernah melihat presiden langsung memarahi atau minimal menegur pejabat yang dianggapnya tidak kompeten dalam menjalankan instruksinya. Mungkin perlu kiranya Sekretariat Presiden mengunggah video yang memperlihatkan presiden Jokowi marah atau menegur menteri tanpa teks.

Agar publik percaya bahwa marahnya presiden Jokowi adalah marah yang sebenarnya dan tidak ditunda-tunda karena teksnya belum disiapkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun