Pernah melihat barista baru belajar meracik secangkir kopi?
Dulu, saat membuka kafe bersama beberapa teman, aku belajar meracik kopi sendiri. Ternyata tidak mudah untuk membuat secangkir kopi yang nikmat.
Pertama, aku harus memilih biji kopi yang paling pas sesuai selera lidah pembeli. Waktu itu, aku membeli beberapa biji kopi sekaligus. Ada robusta Dampit Sridonoretno yang beraroma cokelat, ada arabika Gayo yang beraroma buah-buahan, ada arabika Semeru yang beraroma sedikit masam. Pokoknya ada banyak macam pilihan biji kopi.
Setelah itu, aku masih harus menentukan suhu air yang tepat. Apakah biji kopi yang sudah digiling itu harus diguyur dengan air mendidih, atau air hangat bersuhu tertentu.
Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya aku menemukan racikan yang pas. Tentu, yang pas ini pertama kali kurasakan sesuai seleraku sendiri.
Tulisan yang Baik Butuh Bahan Baku Berkualitas
Tulisan yang baik tidak berbeda dengan secangkir kopi yang nikmat dalam hal kebutuhannya akan bahan baku berkualitas. Tanpa ada bahan baku, bagaimana mungkin kita bisa menulis?
Lalu, apa bahan baku tulisan?
"Pengalaman Anda adalah pondasi untuk cerita Anda; imajinasi Anda mengambilnya dari sana. "- J.R. Young
Seperti yang dikatakan J.R. Young, bahan baku utama dari tulisan kita adalah pengalaman hidup. Kalau begitu, apakah semua penulis terkenal memiliki pengalaman hidup unik yang dapat mereka tulis tetapi kita tidak bisa? Tidak juga. Â Sebagian besar dari mereka menjalani kehidupan biasa seperti yang kita lakukan sebelum buku-buku mereka menerima pengakuan yang begitu luas.
J.K. Rowling kehilangan ibunya ketika dia berusia 25 tahun dan tinggal di apartemen murah sebagai ibu tunggal sebelum dia mendapatkan ketenaran dari buku Harry Potter pertamanya.Â