"Pak, lebaran besok boleh berkunjung ke tetangga?" tanya anakku usai takbiran bersama di rumah.
"Mengapa tidak boleh?"
"Kata teman-teman enggak boleh pak. Soalnya masih ada corona."
"Boleh berkunjung ke tetangga-tetangga dekat di sekitar rumah. Tapi harus tahu aturannya lho ya. Soalnya lebaran tahun ini beda dengan lebaran yang biasanya."
Lebaran tahun ini memang berbeda. Gara-gara virus corona, semua tradisi lebaran yang sejak kecil kita lakukan harus ditiadakan.
Takbiran harus di rumah. Salat Id juga kalau bisa di rumah saja. Sekalipun Majelis Ulama Indonesia sudah mengeluarkan rekomendasi bahwa khusus untuk daerah atau wilayah yang tidak masuk zona merah, boleh melaksanakan salat Idul Fitri di masjid. Dengan catatan harus tetap memperhatikan protokol kesehatan.
Usai salat Id, biasanya kita saling bersilaturahmi dengan berkunjung ke tetangga dan sanak saudara. Anak-anak biasanya yang paling antusias untuk bersilaturahmi. Apa lagi alasannya kalau bukan demi salam tempel lebaran?
Ah, mengingat betapa berharapnya anak-anak kita untuk bisa merayakan Idul Fitri dengan ceria, tak tega rasanya bila sampai memberitahu mereka bahwa lebaran kali ini tidak boleh saling mengunjungi.
Tapi, apakah kita benar-benar tidak boleh berkunjung-kunjungan, meski ke tetangga sekitar?
Seperti yang kukatakan pada anakku, boleh saja kita bersilaturahmi dan mengunjungi tetangga dekat. Namun, berhubung kita sedang lebaran di tengah pandemi, ada etika dan adab yang harus diperhatikan.