Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ziarah dan Megengan, Dua Tradisi Jelang Ramadan dan Jelang Lebaran

18 Mei 2020   20:55 Diperbarui: 18 Mei 2020   21:19 940
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kue Apem dimaknai sebagai permintaan maaf dan ampunan dalam tradisi Megengan (shutterstock melalui goodnewsfromindonesia.com)

Benar atau tidaknya, kata "apem" diyakini berakar dari kata Arab "afwan", yang artinya memaafkan atau mengampuni. Masyarakat yang membuat kue apem lalu membagikannya ke tetangga sekitar berharap akan mendapatkan ampunan dan maaf dari Allah SWT dan tetangga sekitar. Dengan begitu, mereka bisa menjalankan ibadah puasa dengan rasa tenang dan lapang dada.

Selain sebagai simbol permintaan maaf dan memohon ampunan kepada Allah SWT, Megengan juga kerap dimaknai sebagai simbol menyambung tali silaturahmi. Dengan mengirim kue atau makanan ke tetangga sekitar, masyarakat berharap silaturahmi mereka tak akan putus.

Dua tradisi ini, ziarah kubur dan megengan tak hanya dilakukan menjelang Ramadan. Menjelang hari raya, masyarakat Jawa juga melakukan ziarah kubur dan membagi-bagikan makanan kepada tetangga sekitar.

Pandemi Covid-19 memang mampu mengubah ritual peribadatan setiap agama, tapi tidak untuk tradisi ziarah kubur dan Megengan. Menjelang Ramadan kemarin, masih ada masyarakat yang ziarah kubur, meski tak sebanyak di masa sebelum pandemi.

Akan halnya dengan Megengan, tradisi ini malah kian semarak. Aku sendiri dalam satu hari menjelang Ramadan mendapat kiriman kue apem dan nasi kotak dari tetangga-tetangga sekitar. Saking banyaknya, akhirnya aku bagikan lagi pada tetangga-tetangga lain, yang mungkin sekiranya mereka luput tidak kebagian.

Pada hakekatnya, menyambung ikatan tali silaturahim tak harus dirupakan dalam bentuk sebuah tradisi di masyarakat. Menjaga dan menyambung ikatan tali silaturahim di bulan Ramadan sebenarnya adalah untuk memenuhi kesempurnaan bulan penuh hikmah ini.

Segala kegiatan ibadah di bulan Ramadan tak hanya berdimensi vertikal, semata karena Allah saja. Tapi juga ada semangat horizontal, hubungan timbal balik antar makhluk ciptaan Allah.

Ibadah puasa Ramadan ditutup dengan kewajiban membayar zakat fitrah. Inilah bentuk harmonisasi dimensi spiritual kita dengan Allah dan dimensi sosial kita dengan sesama manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun