Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Bersatu Lawan Corona atau Bersatu Jegal Anies?

15 Maret 2020   11:36 Diperbarui: 15 Maret 2020   11:45 1377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyemprotan desinfektan di stasiun Gambir, Jakarta untuk mencegah penyebaran virus corona (foto: Antara Foto/ Hafidz Mubarrak)

Warga Jakarta beruntung punya pemimpin seperti Anies Baswedan. Di tengah kecemasan akibat pandemi corona, Anies dengan sigap mengeluarkan berbagai keputusan dan kebijakan yang dinilai tepat dalam mengantisipasi lonjakan penyebaran virus corona COVID-19.

Sayangnya, kebijakan populis dari Anies dianggap sebelah mata dan disalahartikan oleh beberapa pihak, khususnya yang punya kepentingan dengan tahun politik 2024 nanti. Berbagai kebijakan yang diambil Anies digiring dan dipolitisir.

Anies dicurigai menunggangi pandemi corona untuk mencari panggung politik. Anies dianggap mencuri start kampanye dan memanfaatkan kecemasan publik untuk mencari simpati.

Saat Anies mengungkap jumlah PDP (Pasien Dalam Pengawasan) di Jakarta, Menkes Terawan langsung membantahnya. Saat Anies memutuskan menunda Formula E, Menkopolhukam Mahfud MD mencibirnya.

Saat Anies mengungkap potensi penularan virus corona di moda transportasi KRL, para buzzer membully-nya. Puncaknya, ada orang yang tidak bertanggungjawab meretas situs pusat informasi wabah corona yang baru selesai dibuat pemprov DKI Jakarta.

Sungguh, anggapan dan tindakan seperti itu sangat picik dan keluar dari pemikiran serta hati orang-orang yang tidak punya empati sama sekali. Di tengah kerja keras dan berbagai upaya Anies Baswedan sebagai gubernur yang daerahnya menjadi pusat penyebaran wabah corona, mereka masih menyempatkan diri untuk membully Anies.

Di satu sisi, pemerintah pusat bergerak sangat lamban. Kalau bukan karena surat peringatan dari WHO, pemerintah pusat mungkin belum juga menetapkan pandemi corona sebagai bencana nasional non bencana alam.

Tak heran jika kemudian tagar #IndonesiaButuhPemimpin menggema di jagad maya dan menjadi trending topic dunia. Tagar ini merupakan ungkapan kekecewaan netizen terhadap pemerintah pusat yang dinilai sangat lambat dalam menangani penyebaran virus corona di Indonesia.

Tagar ini juga bentuk kejengkelan netizen terhadap pejabat pemerintah. Bagaimana tidak, saat banyak negara waspada serta mulai melakukan langkah antisipasi untuk mencegah pandemi corona, pejabat pemerintah pusat malah "bercanda".

Ada yang bilang pasien positif corona bisa sembuh sendiri tanpa harus diobati, ada pula yang bilang orang indonesia kebal corona karena doyan nasi kucing. Hingga pejabat setingkat menteri pun memamerkan perilaku konyol dengan salam siku. Sama sekali tak terlihat kesungguhan dan keseriusan pemerintah pusat dalam menangani wabah corona di Indonesia.

Baru setelah jumlah warga yang positif corona terus bertambah, pemerintah pusat seolah tersadar dari mimpi indahnya. Kampanye pencegahan digaungkan, dengan tajuk Bersatu Lawan Corona.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun