Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Jangan Ragu Menuliskan Cerita Pribadimu

15 Februari 2020   21:11 Diperbarui: 16 Februari 2020   04:30 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menulis Cerita Pribadi = Menjual Hidup?

"Kamu itu kayak menjual hidupmu saja," kata seorang teman yang mampir ke rumah tanpa basa basi sebelumnya.

"Eh, ada apa ini. Ujug-ujug bilang saya menjual hidup. Duduk dulu, ambil nafas panjang, baru cerita. Mau kopi apa teh?"

"Gak usah repot-repot. Aku cuma mampir sebentar," kata teman saya sambil duduk di kursi teras rumah.

Tak urung saya perhatikan wajahnya. Biasa saja, tak menampakkan raut muka kesal seperti lontaran kalimat pertamanya tadi.

"Ya sudah, sekarang coba cerita, mengapa kamu bilang saya menjual hidup. Kamu nuduh saya main pesugihan gitu?"

"Bukan, ini gak ada hubungannya dengan pesugihan. Tulisanmu itu loh. Kamu kan sering menulis artikel yang dibumbui cerita pribadi, pengalaman pribadimu. Memangnya harus diceritakan gitu ya?" kata teman saya menjelaskan singkat.

"Lho, apa salahnya? Justru yang lagi tren sekarang itu tulisan berdasarkan pengalaman pribadi.  Pembaca lebih percaya apabila penulisnya mengalami sendiri."

"Yah, kamu menulis itu kan dapat honor. Dengan menulis cerita pribadimu, kamu seperti orang yang menjual hidup. Itu yang aku maksudkan."

Begitulah, percakapan singkat dengan teman saya itu seperti membuka cakrawala baru. Benarkah menulis cerita pribadi sama dengan menjual hidup sendiri?

Memang, ada banyak pembaca yang menganggap cerita pribadi tak patut diceritakan dan dibagikan untuk umum. Mereka tidak tertarik dengan aktivitas harian, pencapaian pribadi, atau momen tertentu yang dialami penulisnya.

Namun, banyak pula pembaca yang merasa peduli dan menyukai jenis artikel  yang terdapat unsur cerita pribadi penulisnya.

Menulis Cerita Pribadi Bisa Menghubungkan Kita dengan Pembaca

Saya sendiri memang sering menambahkan unsur cerita pribadi di setiap tulisan. Sekalipun cerita itu terkesan remeh, ringan dan biasa saja.

Misalnya ketika saya menulis cerita tentang kucing saya yang hilang, atau cerita bagaimana hobi memelihara kucing bisa membuat saya dan istri saya merasa lebih produktif. Ini kan termasuk jenis cerita ringan, sepele, dan mungkin pribadi banget.

Bagi saya, menulis cerita pribadi bukan untuk mencari simpati atau popularitas. Menambahkan unsur cerita pribadi di setiap artikel membuat saya bisa terhubung dengan pembaca yang senasib sepenanggungan.

Seperti artikel kucing yang hilang. Saya tak mengira jika artikel itu dijadikan headline oleh Kompasiana. Dan ketika artikel itu dibaca banyak orang, ada beberapa pembaca yang merasakan hal yang sama.

Hal yang sama ketika saya menceritakan penyakit yang diderita ibu saya, Sindrom Mielodisplasia. Beberapa hari setelah artikel itu ditayangkan, ada pembaca yang menghubungi lewat email dan berterima kasih sudah berbagi informasi mengenai penyakit tersebut, yang ternyata juga diderita ibunya.

Mengasah Keterampilan Menulis dengan Cerita yang Paling Kita Ketahui

Pada dasarnya, kita adalah makhluk yang ingin tahu dan peduli dengan orang lain. Andi misalnya, tidak akan peduli dengan kondisi utangnya kecuali ketika dia membaca tulisan pengalaman Hasan bisa melunasi hutang 100 juta padahal pekerjaannya driver ojek online dengan penghasilan cuma 2 juta sebulan.

Masyarakat tidak akan tertarik budidaya umbi porang hingga mereka membaca cerita Paidi yang jadi milyuner gara-gara berhasil mengekspor umbi porang.

Bagaimanapun kita melihatnya, pembaca suka dengan cerita yang bagus, yang bermanfaat, yang memotivasi, yang menginspirasi. Saya percaya bahwa setiap orang memiliki cerita yang menarik untuk dibagikan.

Begitu pula, di luar sana ada begitu banyak orang luar biasa yang telah melakukan hal-hal yang mengesankan, berani, dan unik. Temukan mereka dan tambahkan ke cerita kita.

Jangan menganggapnya sebagai "menjual hidup" seperti yang dikatakan teman saya. Sebagai penulis, bukankah kita ingin mengasah keterampilan bercerita kita dengan cerita yang paling kita ketahui? Dan itu adalah cerita pribadi kita sendiri.

Jadi, jangan ragu menuliskan cerita pribadimu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun