Â
Tidak ada yang salah dengan mengambil kesempatan dalam kesempitan. Bahkan seandainya kesempatan itu berada di atas penderitaan orang lain.
Seorang teman di grup WhatsApp mengirim tangkapan layar dari sebuah toko online yang menjual masker bedah merek Sensi. Dalam tangkapan layar tersebut, di bagian bawah foto produk penjualnya memberi keterangan, "Masker wajah merek sensi yang paling dicari -- anti virus corona." Harga yang dipatok penjual online tersebut Rp. 190 ribu untuk satu kotak berisi 50 masker.
Apakah salah jika ada penjual mengambil untung begitu banyak?
Tidak. Seperti yang saya katakan, tidak ada yang salah apabila ada orang mengambil kesempatan dalam kesempitan.
Sesuai hukum ekonomi, semakin banyak permintaan, persediaan barang akan semakin jarang. Harganya pun akan naik berbanding lurus dengan permintaan tersebut. Singkatnya, semakin banyak orang mencari, harga barang itu akan melonjak tajam.
Saat wabah virus corona semakin menyebar ke berbagai negara, salah satu item barang yang paling banyak dicari adalah masker. Bahkan menurut berita CNN, banyak orang antre membeli masker hingga situs e-commerce Amazon dan banyak toko online lainnya kehabisan persediaan masker.
Jika ada yang menjual, harganya naik berkali-kali lipat. Seperti yang ditunjukkan teman saya di grup WhatsApp tersebut. Masker bedah sensi dijual seharga 190 ribu rupiah per kota, padahal harga aslinya, sebelum meledaknya wabah dan isu virus corona, tak sampai 100 ribu rupiah.
Setiap penjual tentu ingin mencari keuntungan sebanyak-banyaknya. Maka, sangat wajar apabila di tengah kebutuhan masker, banyak penjual yang mematok harga gila-gilaan.
Yang tidak wajar adalah keterangan foto produknya. Benar bahwa masker merek Sensi saat ini paling dicari. Terlepas dari kualitas produknya, salah besar dan menjadi penipuan apabila dikatakan masker bedah Sensi anti virus corona!
Tidak ada masker yang anti virus. Bahkan masker N95, hanya berfungsi mencegah penularan virus lewat udara.