Sudah lama rumah keluarga saya di kawasan Tenggilis, Surabaya tidak kebanjiran. Pada Jumat (31/1) malam kemarin, adik saya mengirim foto ruang tamu rumah Ibu yang kemasukan air hingga setinggi mata kaki.
Ternyata, pada malam hari itu Surabaya diguyur hujan lebat kurang lebih 2 jam. Seperti biasa, genangan air muncul di mana-mana. Bahkan ruang IGD RSI Wonokromo yang belum pernah kebanjiran jadi seperti kubangan. Di kawasan Kertajaya, genangan air sudah melebihi batas trotoar.
Seperti sayur tanpa garam, kurang lengkap rasanya jika peristiwa banjir di kota besar seperti Surabaya tidak diiringi dengan ragam komentar netizen. Dan sudah bisa ditebak, banyak netizen yang mulai membandingkan penanganan banjir dari dua pemimpin yang digadang-gadang bakal menjadi pemimpin masa depan: Bu Risma dan Anies Baswedan
Netizen Surabaya tentu saja membela walikotanya. Mereka berdalih banjir Surabaya cepat surut. Hal ini berkat kesigapan Bu Risma yang konon selalu memantau wilayah yang dipimpinnya.
Netizen Surabaya lalu membandingkan dengan banjir Jakarta yang harus menunggu beberapa hari, baru airnya mau beranjak pergi.
"Kerja nyata bu Risma kok mau dibandingkan dengan banyak katanya Anies," begitu komentar salah seorang netizen Surabaya.
Lain lagi dengan netizen luar Surabaya, terutama netizen Jakarta yang notabene banyak membela gubernurnya. Kata mereka, Surabaya masih beruntung karena tidak dikelilingi 13 sungai besar. Warga Surabaya beruntung tidak sering diguyur hujan seharian dengan curah hujan yang mengerikan. Warga Surabaya beruntung tidak pernah mendapat banjir kiriman.
"Coba kalau diguyur hujan lebat seharian, dapat kiriman banjir dari wilayah tetangga, Surabaya pasti sudah tenggelam," kata seorang netizen Jakarta.
"Makanya jangan sok dan sombong. Banjir itu bencana. Ambil pelajaran dan hikmahnya, bukan untuk mencela pemimpinnya," kata netizen yang sok bijaksana.
Banjir di Surabaya kemudian lekas surut. Tapi bukan berarti perdebatan di jagad maya ikut berhenti. Kali ini, tagar #BuRismaKupingTipis menjadi trending topic.