Sang motivator lupa bercerita (atau memang sengaja tidak diceritakan) bagaimana Kolonel Sanders harus menghadapi kenyataan perubahan tata kota yang menyebabkan bisnis resto kecilnya menjadi tidak berada di tempat strategies lagi. Bisnis yang baru dijalaninya itu pun merosot drastis.
Sang motivator juga lupa bercerita ketika Kolonel Sanders harus menghadapi lilitan utang, yang bahkan belum lunas dibayar oleh uang penjualan restonya.Â
Tidak pula diceritakan oleh sang motivator bagaimana Kolonel Sanders harus mendapatkan penolakan demi penolakan ketika menjual harta tersisa, resep ayam goreng.
Sang motivator juga tidak menceritakan kisah Kolonel Sanders yang harus tidur di mobil saat berkeliling mencari pembeli resep ayam gorengnya, karena si kolonel tidak punya cukup uang untuk tidur di penginapan.
Memang pada akhirnya Kolonel Sanders menemukan hasil. Kesulitan yg dihadapi tanpa patah arang tersebut akhirnya membuahkan kesuksesan yang luar biasa.Â
Bumbu rahasia KFC mampu mengantarnya dari yang semula hidup serba kekurangan, hingga akhirnya hidup berkelimpahan.
Nah, apakah para pensiunan yang di dorong-dorong mengikuti langkah sukses Kolonel Sanders tersebut memiliki mental baja yang sama? Apakah sudah dipastikan pula semangat mereka tetap membara meski menemui kegagalan berulang kali?
Apakah seseorang yang sudah terbiasa di zona nyaman perusahaan yang memberi label pensiunan tersebut mampu turun ke medan persaingan penuh tantangan? Di hari tuanya? Dengan harta yang berharga yang tersisa?
Apa yang saya kemukakan di atas hanya satu contoh dari betapa seringnya seorang motivator bisnis lupa menceritakan satu hal: kegagalan.
Saat memberi motivasi, kebanyakan motivator hanya bercerita bagian suksesnya saja. Karena memang ini yang disukai peserta.
Kita selalu senang mendengar kisah sukses karena dianggap mampu memotivasi kita untuk meniru langkah yang sama.